Senja di Bukit Bintang. Entahlah, sejak kapan nama itu di sandang. Awalnya, ia bukankah satu dari deretan panjang kawasan wisata di Jogja. Bisa dikatakan ia hanyalah tempat singgah untuk melepas lelah. Tapi satu yang pasti, tempat ini tak pernah sepi saat kami melintas di pagi ataupun sore hari. Itulah awal ketertarikan kami untuk ikut mendatangi tempat ini.
Bukit Bintang ato dikenal bukit Hargodumilah, secara administratif masih termasuk wilayah Kabupaten Bantul yang berbatasan dengan wilayah Pathuk, Gunung Kidul. Karena itu, ia justru lebih familiar disebut Bukit Bintang, Pathuk Gunung Kidul.
Tempatnya mudah sekali di cari, karena ia berada persis di sisi jalan yang menghubungkan kota Jogja dengan Kota Wonosari. Lalu, apa daya tarik tempat ini? Yup, tepat! Pemandangan alamnyanya...!
Menikmati Bukit Bintang, bisa kita lakukan di pagi dini hari, ataupun senja ketika matahari bersiap untuk pergi. Saat dini hari, tak hanya segarnya udara pegunungan yang kita dapatkan dan rasakan. Dari tempat ini pula kita bisa menikmati panorama Kota Jogja yang terselimuti kabut sembari menunggu munculnya mentari.
Di sore hari yang cerah, menu utama tempat singgah ini adalah kita bisa menyaksikan "transisi" bumi yang begitu menawan dari ketinggian. Mumpung tidak hujan, sore kemarin kami sempatkan diri untuk ikut menikmati eksotisme Bukit Bintang saat menjelang malam.
Hampir pukul 6 sore kami sampai di parkiran. Dulunya, tempat ini hanyalah dataran tanpa bangunan. Seingat saya hanya satu atau dua hotel dan restoran yang ada di sana. Tapi seiring waktu berjalan, banyak sekali rumah makan permanen maupun semi permanen yang kemudian didirikan.
Hampir pukul 6 sore kami sampai di parkiran. Dulunya, tempat ini hanyalah dataran tanpa bangunan. Seingat saya hanya satu atau dua hotel dan restoran yang ada di sana. Tapi seiring waktu berjalan, banyak sekali rumah makan permanen maupun semi permanen yang kemudian didirikan.
Hampir semuanya mengusung konsep sama, rumah panggung yang berdiri di tepi jurang. Meski bukan akhir pekan, petang itu Bukit Bintang cukup ramai. Banyak pengunjung memilih menikmati pemandangan sembari duduk di tepian jalan di temani sepotong jagung bakar, ataupun minuman yang banyak di jajakan pedagang. Ada pula yang memilih mencari tempat duduk yang lebih representatif, dengan memilih salah satu dari banyak rumah makan yang ada.
Berhubung membawa dua anak kecil, kami memilih cara yang ke dua. Berkali-kali melintas, ini pertama kalinya meniatkan untuk mampir...itung-itung sekaligus wisata kuliner.
Berhubung membawa dua anak kecil, kami memilih cara yang ke dua. Berkali-kali melintas, ini pertama kalinya meniatkan untuk mampir...itung-itung sekaligus wisata kuliner.
Saya lupa, apa nama warung makan yang kami singgahi sore itu. Lumayan sepi. Waktu kami masuk, hanya ada sepasang remaja yang tengah menikmati suasana. Yang jelas, konsepnya lesehan....pas, karena itu lebih nyaman dan aman buat Raka dan Alya. Menu makanan dan minuman yang ditawarkan, cukup beragam. View dari tempat ini lumayan bagus. Setelahnya kami memesan 1 jagung bakar+kelapa muda untuk raka, 2 mangkok bakso+ 2 gelas teh anget untuk saya dan suami. Alya? Dari rumah, saya membawakannya bekal nasi dan juga roti untuknya.
Kalau mata saya cukup terpuaskan dengan ribuan "bintang" yang ada dibawah sana...rupanya anak-anak lebih tertarik untuk menikmati kelap-kelip lampu pesawat terbang yang juga nampak jelas. Traffict Bandara Adisucipto tengah sibuk rupanya, Sebentar-sebentar Raka dan Alya berteriak kegirangan, begitu menyaksikan pancaran lampu pesawat terbang yang hendak mengudara ataupun landing. Hmm...tak rugi memilih tempat ini untuk menikmati kebersamaan bersama kelurga.
Tapi...saran saya,
Tapi...saran saya,
- Mendingan JANGAN kalau hari sedang hujan atau angin kencang. Meskipun konstruksi bangunan adalah cor semen yang notabene cukup kuat, tempat ini berada di perbukitan, dengan banyak jurang. Takut saja kalau terjadi tanah longsor dan semacamnya.
- Saat memilih menikmati tempat ini di waktu malam, lengkapi anak dengan jaket, topi, atau baju hangat. Dingin soalnya, itu saja. Tak terasa, waktu beranjak semakin larut. Hidangan yang kami pesan dan bekal Alya, juga sudah ludes tanpa sisa. Berikutnya? Menuju ke kasir, untuk selanjutnya pulang saja. Sekedar informasi daftar harga: jagung bakar @ 7000, Teh panas @3000, Bakso @8000, Kelapa muda utuh @10.000. Tertarik juga untuk datang ke Bukit Bintang?
masih masuk bantul to lis? tak kira GK.
BalasHapusIya mbak...tak pikir dulu itu punya Gk, tp kmrn bc di situsnya radar pa harjo...msk bantul, tp perbatasan
BalasHapus