Ketika Ibu Lupa

6 komentar
Pagi ini, saya membuat sebuah kelalaian...dan baru teringat saat siang menjelang. Upsss, rupanya saya lupa tidak memasukkan 3000 rupiah ke dalam tas sekolah Raka, seperti pagi-pagi sebelumnya. Jadi, hari ini ia hanya berbekal sebotol air minum, tanpa sepeserpun uang jajan. Ada jatah makan siang dari sekolah juga sebenarnya, tapi saya kok tetap was-was. Waduh, apa yang ia lakukan saat istirahat pertama tadi? Bagaimana perasaannya saat tahu tidak ada uang jajan di tas, saat semua temannya berlarian dulu-duluan ke kantin sekolah?  

Jelas saja saya merasa bersalah, karena sayalah yang bertanggungjawab menyiapkan keperluan sekolahnya setiap pagi. Meski sudah lewat jam istirahat pertama, akhirnya saya hubungi suami. Untung jarak kantornya-sekolah lebih dekat daripada rumah-sekolah dasar. Alya pun juga tengah tidur, jadi memang posisinya sulit untuk keluar rumah. "Tolong mas, Raka disusuli uang sebelum istirahat kedua, titipkan satpam aja. Kasian dia ndak bawa uang jajan, padahal pulangnya siang, " pesan saya ke ayahnya, dan untungnya suami saya bisa melakukannya. 

Meski masih ada rasa bersalah, tapi lumayan lega. Mendekati jam dua siang saya jemput sulung saya di sekolah. "Eh, tadi ibu lupa nggak masukin uang jajan-e, tapi dah dianterin sama Ayah to?" Kalimat pertama, yang muncul begitu ia mendekat ke saya, dan percakapan inilah yang terjadi berikutnya. 

Saya : Trus, tadi istirahat pertama ngapain, ke perpust? 
Raka : Istirahat pertama tadi aku jualan bu, untung ada yang beli. 
Ibu     : Hah, jualan apa? 
Raka : Kartu. Itu, gambar yang kemarin kita beli. Aku jual 500 per lima buah. Trus  dapat uang 2500, nih uangnya masih sisa (sambil mengeluarkan beberapa recehan dari sakunya) 
Ibu : (diam, tercengang, bangga dalam hati. kreatif juga kamu nak) Ya, udah yuk pulang....uangnya disimpan aja di tas.

Penasaran dengan "kartu" yang dijual Raka? Ini dia penampakannya. Terbeli beberapa hari yang lalu dari lapak seorang penjual buku dan gambar di pinggir jalan seputaran Pasar Sleman. Awalnya berupa lembaran besar, @ 2000 rupiah, berisi 50 gambar yang kemudian dipotong-potong.

Rupanya tanpa sepengetahuan saya, Raka membawa kartu mainannya ke sekolah. Ah, hari ini saya sudah mengunderestimatekan anak saya. Saya kira ia akan sedih sekali, bahkan menangis saat tidak mendapati uang jajannya. Ternyata dalam kondisi "tidak nyaman" ia justru mendapatkan ide yang cemerlang.

Intinya apa? Sebagai orang tua, saya sering panikan. Selain itu saya masih sering under estimate sama anak. Jangan-jangan nanti dia bingung kalau nggak bawa uang saku. Jangan-jangan nanti dia nangis...
padahal, ternyata anak mampu melakukan hal-hal yang mungkin tidak kita duga sebelumnya. Good boy! Ibu bangga sama kamu, Nak!
Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

6 komentar

Posting Komentar