Kejadian ini sudah terjadi beberapa bulan lalu. Kening saya berkerut, sedikit kecewa mengamati hasil ulangan Tematik Raka. Dalam kertas ulangannya, digambarkan bangunan candi, dan anak saya diminta untuk menuliskan nama agama yang berhubungan dengan candi tersebut. Dasar bocah, Candi Borobudur ia tulis sebagai peninggalan dan tempat ibadah umat Hindu, sementara Candi Prambanan menurutnya adalah peninggalan umat Budha.
Rupanya ia masih bingung dan terbolak-balik antara agama Hindhu dan Budha, beserta candi-candi yang berkaitan dengan keduanya. Sepertinya Raka harus kenalan dengan yang namanya candi, tidak hanya melihatnya sebatas gambar pada buku pelajaran, tapi melihat langsung. Hitung-hitung menyegarkan otak, sembari belajar!
Memilih Candi Prambanan Sebagai Tujuan Jalan-Jalan
Kompleks Wisata Candi Prambanan selanjutnya menjadi destinasi pilihan. Dari sisi lokasi, sebenarnya letak candi ini cukup dekat dari rumah, tak sampai satu jam saat jalanan lancar. Tapi seperti biasa, yang di depan mata kadang justru terlupa. Tapi, demi buah hati, menjadikan candi sebagai tempat wisata keluarga, kenapa tidak?
Jadilah pada satu hari Minggu di akhir Agustus 2014 kami sekeluarga mengunjungi Taman Wisata Candi Prambanan. Loh, bukannya Prambanan aset wisatanya Jogja bukan Jawa tengah? Eits...tunggu dulu, secara geografis kompleks Taman Wisata Candi Prambanan berdiri di dua wilayah yang berbeda yakni Desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta dan Desa Tlogo, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Jadi asyik kan, sekali berkunjung, dua propinsi terlampaui :-) Sama halnya dengan prinsip hanya dengan satu tiket masuk, nantinya anak saya pun bisa melihat candi peninggalan Hindu dan Budha secara dekat. Hemat kan:-)
Untuk masuk ke kompleks Taman Wisata candi Prambanan, kalau tidak salah kami harus membayar 30.000 per orang untuk dewasa dan 12.500 untuk anak-anak. Alya yang baru berumur 2 tahunan, belum dikenakan ongkos biaya masuk. Dibandingkan beberapa candi lain di sekitar, kawasan Candi Prambanan termasuk kawasan yang tak hanya luas, tapi cukup sejuk. Banyak pohon perindang sengaja ditanam di sekitar areal parkir dan diseputar lokasi candi. Namun, begitu memasuki kawasan utama, jangan lupa persiapkan topi atau payung untuk meredakan teriknya matahari, terlebih untuk kunjungan di musim kemarau.
Berhubung hari libur, siang itu kawasan candi terlihat padat pengunjung. Beberapa ada yang memilih menyaksikan terlebih dahulu atraksi Jathilan yang siang itu dipentaskan tak jauh dari pintu masuk. Raka yang sepertinya begitu penasaran, langsung mengajak kami memasuki areal candi utama.
Secara garis besar, Candi Prambanan terdiri dari 3 candi utama, yakni Candi Wisnu, Candi Brahma, dan Candi Syiwa. Ketiga candi merupakan lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu.
Sementara anak saya -ditemani suami ngantri dengan pengunjung lain untuk masuk secara bergantian ke dalam bagian masing-masing candi, saya dengan Alya digendongan memilih menepi, mencari tempat yang agak teduh, sembari mengamati relief yang terpahat di tubuh candi. Salahnya saya,lupa membawa kereta dorong bayi, jadi tak banyak yang bisa saya lakukan di lokasi, selain menggendong dan momong :-)
Naik kereta api di Areal Candi Prambanan Tut..tut..tut
Kereta mini yang kami tumpangi membawa kami masuk lebih jauh lagi dalam areal komplek wisata Taman Wisata Candi, tepatnya ke arah utara. Sepanjang jalan, tampak berjajar puluhan buah pohon sawo bludru berdiri kokoh, dengan buahnya yang ranum, dan banyak pula buahnya yang berjatuhan direrumputan
Oleh seorang pemandu yang disediakan pengelola obyek wisata, dari atas kereta kami mendapatkan penjelasan tentang candi-candi yang berada di sekitar Candi Prambanan.
Setidaknya ada 3 candi Budha yang berdiri tak jauh dan masih berada dalam satu kompleks dengan Candi Prambanan yaitu Candi Lumbung, Candi Bubrah, dan Candi Sewu. Candi Sewu sendiri merupakan candi Budha terbesar kedua setelah Borobudur.
Di ketiga candi yang dilewati rute kereta mini, kami diberikan waktu sekitar 10 menit per candi untuk turun, melihat secara dekat ataupun mengambil gambar. Tapi apadaya, kamera saku yang saya bawa low-batt. Apes. Tapi semoga saja anak saya mampu merekam apa yang ia lihat dan ia dengar dalam ingatannya.
Berbeda keadaan dengan Candi Prambanan, ketiga candi tersebut terlihat relatif sepi pengunjung. Karena masih dalam tahap renovasi dan rehabilitasi atau karena minim publikasi ? Apapun kondisinya, yang pasti banyak sekali tersimpan cerita dan sejarah dibalik bangunan-bangunan tersebut. Betapa ribuan tahun yang lalu kawasan ini pernah berperan sebagai urat nadi kegiatan ekonomi, politik, dan juga agama dari sebuah peradaban.
Matahari sudah tinggi ketika kereta mini yang kami tumpangi akhirnya membawa kami di depan pintu keluar Taman Wisata Candi Prambanan. Sungguh perjalanan wisata yang cukup melelahkan, namun sarat pembelajaran.
candi sewu, bubrah dan lumbung. belum pernah ke sana. eman-eman, padahal dekat banget. ih, aku ini. good luck for the contest ya!
BalasHapusIya mbak, 3 candi itu sepi banget! Waktu ke sana...selain rombongan dari kereta, cuma ada 1 cewek bule yang milih jalan kaki untuk menjangkau candi2 tersebut. Tak perhatiin...tu bule takjub banget liat peninggalan budaya, Ia perhatiin baik2, jepret sana-sini, beda banget ma turis-turis lokal...yang biasanya pada selfie doang. makasih... Tahu lombanya 2 hari sebelum DL..
BalasHapus