Kumpulkan Poin Yuk!!

2 komentar


"Bu, hari ini aku dapat poin 17 kan? Tadi aku TPA, Magrib aku ke Masjid, Isya ke Masjid, trus Tarawih...." 


 "Iya Mas, berarti bisa nukarnya mungkin besok....kan kalau udah 30" 

Itu obrolan saya dan Raka sebelum ia berangkat tidur tadi. Temanya tentang poin :-) . Jadi begini, sebenarnya semuanya berawal dari kebiasaan anak saya beberapa minggu kemarin, pas masa-masa ujian kenaikan kelas (UKK). Saat UKK tengah berlangsung, otomatis ia pulang lebih awal dari biasanya. Istirahat juga cuma sekali, alhasil ia bisa menyisihkan uang jajannya yang sehari saya jatah Rp.3000. Kadang sisa Rp1000, kadang Rp2000, dan kemudian ia kumpulkan. Karena jalan pulang sekolah melewati pasar, saat uangnya dah ia rasa cukup...pasti Raka akan minta mampir ke deretan penjual benih ikan. Membeli 4 ekor benih breskap yang harganya Rp.500/ekor atau 4 benih patin seukuran jari dengan harga 750/ekor. Sampai rumah, ia akan menyatukan ikan-ikan tadi bersama beberapa ekor koi dan nila di kolam samping rumah.

berenang sama ikan
Hingga suatu siang ia berkata, " Bu...besok aku mau ngumpulin uang, tapi aku dikasih tugas apa gitu..., trus kalau udah selesai dikasih uang" Dan yang kemudian saya lakukan adalah....., ini dia!


aturan pengumpulan poin


Ha..ha, terinspirasi salah satu produsen es krim terkemuka. Bukankah mereka memikat anak-anak untuk terus berburu es krim dengan angka-angka yang ada pada stik produknya? Makanya untuk Raka saya coba cara ini. Waktu itu untuk motivasi belajarnya juga..., wong kalau nggak diiming-imingi gini, ada saja alasan ketika jam belajarnya tiba :-) Soal dampak cara mendidik dan me-reward anak seperti ini, jujur saya nggak ngerti. Sempat kepikiran juga, jangan-jangan kalau kelamaan justru membuat anak matre alias money oriented....Hi..hi, tapi kayaknya anak kecil rata-rata gitu lah, misalnya aja mau ngaji asal.... Mau makan sayur asal.....Mau dimintain tolong ke warung asal.....

Setelah program "Ayo Kumpulkan Poin" berjalan beberapa hari, apa yang terjadi? Memang belum terlihat perubahan drastis. ( Kalau pas lupa) Raka tetap saja seorang kakak yang 'risih' kalau lihat adeknya anteng, Kakak yang bisa nangis meraung-raung karena skor dan koin dalam game online yang ia mainkan diacak-acak dan dihabiskan sang adik yang asal pencet..... dan kalau sudah begitu strategi saya cuma berkata..."Jadi ngumpulin poin sebanyak-banyaknya nggak? " Eh..tapi, sebenarnya cara saya ini bener...apa salah ya?
Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

2 komentar

  1. ih bagus tuh. aku juga mau model ginian tapi uangnya ditabung. jd macam dapat poin terus dicatat dan akhir ramadhan uangnya dicairkan :-)

    dulu temanku SD ada yg sekeluarga pk sistem bayaran gitu. bantu ibu dapat uang. bantu bapak dapat uang. kata orang-orang itu ga baik, mendidik anak pamrih. tapi aku sebagai anak (saat itu) pingiiin banget bisa kayak dia. haha...

    kl aku sih gpp bun. asal ga terus-terusan dan untuk semua hal. misal seperti daftarmu itu bantu ibu nyapu aja yang dimasukin ke daftar pekerjaan berbayar, sisanya nggak :-D

    ini masih tetap jadi pro-kontra sih. tapi yang juga penting dari soal parenting adalah feeling kita sebagai orang tua. pas nggak? kl sreg di hati ya lanjutkan saja.

    BalasHapus
  2. Kalo inget poin gini, inget jaman SMa aku mak

    BalasHapus

Posting Komentar