Krakatoa The Last Day : Ada saatnya alam "berkuasa" atas manusia

23 komentar
"Film terbaru apa ya yang terakhir anda lihat?? " Wah....kalau ada survai begituan, ketahuan saya emak paling kuper...wkkkkk. Yah...namanya emak-emak dengan batita...untuk urusan film, terus terang saya pasrah aja sama yang ditayangin tv. Mau itu film jadul, baru, kalau ada kesempatan nonton film..ya nikmati aja! --Meskipun kesempatan untuk menikmati film dari awal-akhir juga jarang banget sekarang. 

Pergi ke bioskop sendiri atau sama suami...kayaknya itu moment yang sudah lama sekali terjadi. Mau ninggalin anak-anak di kakek-neneknya, sementara kami ngacir enak-enak nonton? Nggak tega. Paling juga nggak bakalan khusuk, tetep kepikiran anak-anak. Mentok-mentoknya malah mending buat beli es krim 5 biji, dimakan rame, dapet dvd film gratis....hi..hi

Benernya kemarin-kemarin ada wacana untuk ngajak anak-anak ke bioskop, tapi setelah dipikir-pikir....kayaknya peluang Alya untuk mogok di depan pintu ruangan yang gelap akan lebih besar. Ya sudah, pending aja. Nunggu anak-anak gedean dan nemu film yang pas untuk tontonan keluarga. Sabar..... :-) Ngomongin tentang film, saya lebih seneng tipe drama, alurnya nggak mbulet, tanpa senjata dan minim adegan kelahi. Tidak suka juga yang terlalu banyak efek-efek yang berkesan futuristis. Lebih senang film yang sederhana, tapi real. Lebih seneng lagi yang sekaligus mengeksplore keindahan alam model-model The Beach, Cast away, Eat...Pray...Love, dan juga Doku-drama Krakatoa: The Last Days. Nah....yang saya sebutin terakhir, itu favorit!

film krakatoa the last day
Foto dari www.clarin.com 

Tentang Krakatoa: The Last Day


Merupakan Doku-drama produksi stasiun BBC tv, dan dirilis di Inggris tahun 2006. Untuk Indonesia, film ini pernah ditayangkan dalam program World Cinema di Metro Tv. Dari judulnya, sudah bisa ditebak kalau film ini berkisah tentang Gunung Krakatau, tepatnya letusan dahsyatnya di tahun 1883. 

Disutradarai oleh Sam Miller, Krakatoa: The Last Day bersumber pada catatan seorang Vulkanolog Rogier Diederick Marius Verbeek (1845-1926), seorang geolog Belanda. Bersetting daerah pesisir Sumatera/Lampung, film ini berkisah tentang kehidupan beberapa tokoh menjelang maupun sesudah bencana dahsyat tersebut terjadi.  Roger M. Verbeek, seorang geolog yang sudah dua tahun sebelumnya mengkaji kawasan Krakatau dan sekitarnya. Willem Beijerinck-Johanna, seorang kontrolir Belanda yang terus berjuang untuk menyelamatkan keluarganya pasca tsunami menerjang, yang kemudian disusul datangnya hembusan awan panas, dan John Lindeman, seorang nahkoda kapal yang tengah berlayar di perairan sekitar gunung Krakatau. Ada pula sosok  Jacob Schwist, seorang penjaga mercusuar yang sangat mencintai dan menghargai profesinya. 

Berdurasi sekitar 90 menit, jalinan cerita dari beberapa tokoh saksi mata tersebut berhasil diracik sutradara menjadi tayangan menarik dan juga sarat ilmu. 

Kenapa saya suka film ini? 

Pertama, setting ceritanya tentang suatu peristiwa penting di Indonesia 
(meskipun lokasi syuting sebenarnya di Madagaskar). Kalau itu tentang negeri sendiri, rasanya lebih mudah mengikuti dan lebih nyanthol di kepala ** maklum, bahasa Inggris saya minimalis. Beberapa dialog dalam film ini menggunakan Bahasa Indonesia. Meskipun terdengar kaku...tapi, bagi saya itu tidak mengganggu.

Kedua, karena termasuk dokumenter...maka banyak bagian dalam film ini adalah kisah nyata, meskipun pasti banyak pula "bumbu-bumbu penyedapnya". Yang pasti, setelah melihat film ini manusia ( diharapkan) pada nyadar, betapa manusia menjadi sedemikian kecil jika sudah berhadapan dengan kekuatan alam dan juga kuasa Tuhan. ** langsung keinget saat dimana saya dan keluarga termasuk ribuan manusia lari pontang-panting ketika ada isu tsunami pasca gempa bumi (2006) dan juga ikut ngungsi gara-gara erupsi Merapi (2010).

Ketiga, pas untuk tontonan keluarga.

Film krakatoa
Foto dari martincuff.com 
Seingat saya, tak ada adegan dewasa pada film ini. Yang ada, justru heroisme seorang ayah yang mencoba menyelamatkan anak-anak dan istrinya saat gelombang tsunami melanda hingga perjuangan mereka bersama-sama melewati masa sulit untuk mendapatkan tempat yang aman. Note: Bersama dalam suka dan duka

Juga ada cerita yang menurut saya sangat "keibuan", dimana seorang ibu (Johanna) yang tetap berusaha menyusui bayinya, bahkan sampai ASInya tidak keluar karena sang ibu yang dalam posisi lapar. Dalam Krakatoa : The Last Day digambarkan pula sikap profesionalisme seorang kapten kapal yang rela tangannya diikatkan pada kemudi, ketika terjangan gelombang besar menghadang. Harapannya cuma satu, apapun yang terjadi si kapten kapal tetap akan berusaha sampai titik penghabisan, menyelamatkan para penumpang yang berada diatas kapalnya. Happy ending; kapal dan semua penumpangnya selamat. Betapa kita harus bertanggung jawab dengan fungsi dan peranan yang sedang kita emban. Itu poin yang saya dapatkan. 

Keempat, tontonan sekaligus tuntunan.
Dulu...ketika sulung saya masih TK saya pernah sengaja meminjam film ini di rental vcd ( dulu belum jamannya download gratis) saat ia tengah berada dalam tema "bencana alam". Dengan hanya melihat satu film, anak sulung sudah bisa melihat gambaran lebih jelas tentang apa itu gempa bumi, kenapa ada tsunami, gunung meletus, dan juga awan panas. Hiburan, sekaligus memasukkan materi pelajaran bukan? Nah...keempat poin tadi yang membuat saya terkenang dan terinspirasi dengan Krakatoa: The Last Day. Anda punya kenangan dengan film ini juga? Bagi ceritanya ke saya ya...:-) 


Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

23 komentar

  1. oh, mungkin banyak kenangan saat kiat nonton film yang berkesan, kadang bisa lama di memori kiat tersimpan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Mak. Klo ni film..pertama kali nonton malah di kntor --biasa, pas nggak deadline, mlipir ke divisi lain, ngupdate film....hi..hi. Nyolong-nyolong waktu di sela-sela jam kerja...malah jadinya berkesan:-)

      Hapus
  2. terakhir ke biokop 5 th yg lalu...:D saya biasanya nonton di rumah aja lewat yutub atau TV nonton film2 lama hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. btw mba, makasih share nya saya jadi penasaran filmnya, biasanya say emang kalo mau nonton cari referensi dulu bagus atau ngga

      Hapus
    2. Klo menurutku ini bagus kok mbak...enaknya skrng ada yutub ya...ndak perlu repot rental. Tp perangkatku ga support mb...macet2, lama....buka yutub, jd males...

      Hapus
  3. Hehe, jadi tertarik nonton. Saya belum nonton film ini malah, Mbak. Nanti coba cari di tempat rental, siapa tahu masih beredar. Terima kasih.

    Salam kenal dari Yogyakarta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal balik mbakkk... Jogjaers yaa....
      Cari via you tube mawon mb....lebih gmpang....

      Hapus
  4. Klo tema temanya catashtrophe aku sukaa bgt, mendebarkaan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup! Deg-degan nya itu yang bikin seru mbak...

      Hapus
  5. udah nontooon... filmya bagus banget. secara ada kedekatan emosi saat harus jadi pengungsi di rumah sendiri hehe...

    masih inget pas tiba2 ayamnya pada ga bertelur, trus muncul batu apung di pantai pertamda gunung aktif. trus pemandangan air laut yg tiba2 surut.

    e tapi ada adegan 'anu'nya juga. itu si bapak profesor yg lg berduaan sama perempuan. ih, menodai filmya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh...ada "anu" nya poo....?? Waa....aku kelewat berarti....aku pas ngopo yo, kok nggak ingat..? Atau versi tv ne mungkin dah di cut ma BSF.... Nonton meneh wae yooo, nggoleki "anu"....wkkk....wkkk

      Hapus
  6. udah nonton filmnya. lumayan seru yak. nunggu kapan filmnya diremake euy. isunya masih relevan sampe sekarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Klo di re-run, aku yo mau lihat lagi kok mbak... Iya, soalnya ttng bencana alam, jadi tak lekang waktu isunya...

      Hapus
  7. Tos mbak semenjak menikah saya jarang nonton film, apalagi waktu di Papua, disana tidak ada bioskop, jadinya pasrah aja nonton tayangan tipi hehehe...btw semoga menang ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak ada bioskop? Mungkin channel tv juga terbatas... Wah, pada banyak anak dong mbak *opo hubungane jajal?
      Problema emak yo mbak Yun.....nonton film aja mesti disempat-sempatin,,..btw, maturnuwun:-)

      Hapus
  8. Tos mbak semenjak menikah saya jarang nonton film, apalagi waktu di Papua, disana tidak ada bioskop, jadinya pasrah aja nonton tayangan tipi hehehe...btw semoga menang ya

    BalasHapus
  9. Blm nonton, masuk wishlist ah. TFS mak. Sukses yaa giveaway nyaa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mami ubii.... Makasih sudah mampir... Selamat buat baby boy nya yaaa...:-)

      Hapus
  10. film lama ternyata, ya. Coba saya cari, ah. Kali aja masih ketemu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mbak, film lama... Yang kekinian, udah nggak sempat up-date mbak....:-)

      Hapus
  11. Ihhh jd pgn nonton..aku tuh slalu pgn tau apa g terjadi saat krakatau dulu meletus..slama ini kan baca2 aja kalo ledakannya super dahsyat... aku cari ah filmnya ^o^

    BalasHapus
  12. aku nemu filmnya di youtube dan lgs nonton mba :),.. Gila, sedih bgt ngeliatnya :(... ga kebayang ya kalo kita yg mengalami lgs....tp aku salut dan ga abis pikir keluara joanna bisa selamat dr awan panas itu... kuasa Tuhan bgt ya...itu awan bukannya 600 derajat level panasnya ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh..iya mbak... Tergerak menonton setelah membaca tulisan sayaa..?? Senengnya mb... Iya, padahal kulit mpe pada melepuh-melepuh gitu kan...? Makasih mb....

      Hapus

Posting Komentar