Hati perempuan itu terluka. Ia butuh pelarian untuk mengobati perih hatinya. Untung saja ia masih ingat Tuhan, hingga tak lantas berlari ke rel kereta, atau meminum obat tidur 4 butir sekaligus. Ia masih sholat, masih bisa sesekali tertawa, meski canda akhirnya menjadi langka. Justru ia melangkah memasuki sebuah toko buku, berlama-lama di sana.
Biasanya, ia pergi hanya untuk kepentingan buku-buku kuliah. Tapi hari ini ia ingin sesuatu yang lain. Sebuah buku mungil yang terdisplay di rak , menarik perhatian gadis itu. Ia buka lembar-perlembar, hingga tanpa sadar telah melumat halaman demi halaman, bahkan sampai halaman terakhir. Benar, rupanya perempuan itu terpesona kata demi kata dan cerita yang mengalir darinya.
Enam tahun setelah perpisahan kita
Tujuh dua bulan terpuruk menjerembab kabut
Lima ratus empat pekan melayap bersama angin malam yang menjelaga
Membekap bintang-bintang dalam kelam
Tik tok jam di malam kelahiran
Membuncahkan perasaan
Meradang sukma ini
Dua ribu seratus enam puluh mata hati
Luruh berkalang tanah
Kangenku membentur dinding kenyataanmu
Barangkali itu sebabnya,
Surat-suratmu masih saja indah kubaca
Bagai ricik kali dan taman bunga
Di padang tandus cintaku
(Wahyudi, Surat Cinta Pupa: 93, Penerbit bukulaela, Yogyakarta, 2002)
Dan gadis yang jatuh cinta pada buku mungil itu adalah saya, lebih dari sepuluh tahun silam saat menenemukan "Surat Cinta Pupa" (SCP) pada sebuah toko buku, di kawasan Gejayan Jogja. Aslinya, dibaca di tokopun juga pasti kelar, karena buku ini mungil. Tapi karena sudah jatuh cinta akhirnya tetep saya bawa ke kasir. Untung nggak mahal untuk ukuran saya yang kala itu masih berstatus fresh graduate tapi masih pengangguran. Sampai sekarang, ini satu-satunya buku kumpulan surat yang saya punya. Bisa senyum-senyum sendiri saat ingat cerita dibalik termilikinya buku ini.
Jujur, pertama tertarik karena tokoh dalam buku ini, namanya mirip-mirip mantan. (Lebayyyy kan...ah, tapi harap maklum, orang dulu statusnya masih perempuan labil). Sekarang mah, mau ada 10 nama yang sama cuek aja! Ha..ha. Trus kedua, buku ini berkisah tentang patah hati alias ditinggal pacar. Bodohnya saya, harusnya klo putus, segera move on...cari penyemangat, buku motivasi atau apa...ini malah nggak, cari tempat lari yang senasib...biar berasa ada teman.. Ketiga, karena kata-kata didalamnya dalam...romantis...plus melankolis. Ah..suka pokoknya! Sedikit cuplikan dari isi buku Surat Cinta Pupa yaa..
Dear Wahyudin
Yud,
Kejadian kemarin
semua seperti mimpi
yang memalingkan makna hari-hari
Pupa seperti telah kehilangan sesuatu
Tapi insya Allah,
ada banyak "hikmah" di balik itu.
...............
[cerita selanjutnya, tunggu Pupa di Yogya]
...............
InsyaAllah, Pupa pulang hari Kamis (5/9) berangkat pagi, kalau nggak, mungkinm malamnya.
Itu saja,
Mea Culpa
(Surat Cinta Pupa, halaman 86)
Ditulis oleh Wahyudin, seorang penulis Jogja. Surat Cinta Pupa berisi kumpulan surat seorang gadis kepada sahabat (atau pacar?). Berkisah tentang kisah Yud-Mea Culpa (yang kemudian dipanggil Pupa). Keduanya berlatar belakang sebagai mahasiswa-mahasiswi IAIN Sunan Kalijaga di era tahun 96-an, ngekost, dengan semua latar belakang kejadiannya di Jogja semua. Jadi ngerasa deket dan bisa bayangin sambil mbaca. Jadi, SCP itu fiksi atau non fiksi entahlah. Sepertinya kisah pribadi yang kemudian dibukukan, dengan sedikit polesan.
Salah satu halaman dalam SCP |
Kecil, mungil..tapi buku ini punya sejarah. Tidak seperti kenangan sang mantan yang sudah saya buang jauh, namun buku ini masih saya simpan sampai sekarang. Sayang kalau ikut-ikutan dibuang. Teman blogger punya buku "bersejarah" juga? Bagi yuk di kolom komentar :-)
barangkali kalo zaman udah marak internet, tampilnya dalam bentuk blog ya. mahasiswa/i IAIN...jadul tenan.
BalasHapusHo oh mbak.. Tapi jaman dulu formatnya surat-surat an. Lebih berwujud.. Dulu internetnya masih Bumi net sama Merapi doank.. :-)
Hapusbagus tuh mbak kalo diangkat jadi film...
BalasHapusmakasih ceritanya
Weh..ntar nyaingi Kartini mas.. :-) makasih ya sudah manpir
Hapusmakasih, banyak cerita dari sebuah buku ya
BalasHapusIya mbak.. Tapi klo saya mudah ingat isinya klo yang fiksi. Klo yang isinya serius...malah sering cepet lupa..Makasih mbak
HapusWah puisi yang pertamanya di atas dalem juga yah. Rasanya kyk gmana gitu hehe
BalasHapusHi..hi, melankolis. Makasih mbak Mia..
HapusKlo saya mah lagi stress kadang mainnya ke gramedia atau togamas. Pernah ngabisin satu novel sehari di sana. Maklum waktu itu msh mahasiswa baru dana buat beli novel sama sekali gak ada. Klo mau minjem novel ya kep perpus kampus/kota.
BalasHapusHihihi Surat Cinta Pupa...ecieeeeee jadi ingat mantan. Tapi dah move on kan? Pacar terakhir siapa? oh iya dah jadi suami statusnya wkwkwkw
Latar ceritanya mah waktu saya msh kecil ehehe msh zaman pake surat...sekarang mah pake WA, BBM, Line yah semacam itulah...
Tapi mengenang masa lalu kayaknya lucu Hihihi :P
Sukses GA nya mba :D
Iya iki arinta. Buku dengan latar belakang kejadian jaman kamu masih SD mungkin... :-) jaman harga bensin masih 1500/ liter kayaknya...
HapusSebagai orang yang pernah mengenyam juga pendidikan di SUKA (Sunan Kalijaga), saya merasa bangga banyak senior saya yang terabadikan karyanya. Dan, dari buku Wahyudi di atas, kalimat inilah yang benar-benar membuat aku takjub tak berkesudahan: "Tidak seperti kenangan sang mantan yang sudah saya buang jauh, namun buku ini masih saya simpan sampai sekarang."
BalasHapus*)Eh..., itu kalimat si empunya blog dhing. :))
Wooo...alumni UIN to :-) ya..ya,maturnuwun sudah mampir... Ha..ha...kalimat yud dalam buku itu jauh-jauh lebih menakjubkan.
HapusTapi, menurutku, tetap lebih memukau dan menakjubkan kalimat yg kau kutip itu, Mbakyu. Karena, kalimat itu benar-benar terungkap dari kejujuran hati sang empunya blog. :) *Kabuurrr sebelum dilempar HP. :))
HapusWaa...eman2 klo pke hape....hape rusak ra iso nge-blog. Pake sandal aja yaa...bar tak pake nglempar, jupuk meneh isih utuh..:-D :-D
HapusHaishhh nama mantan ikut mempengaruhi minat baca juga ternyata yo mb hihi
BalasHapusHa..ha,begitulah Nit... Sst...ndak bojoku moco..:-D
HapusSaya juga suka puisi, mbak Sulis. Meskipun nggak bisa nulis. Ternyata menulis puisi itu susah lho.
BalasHapusPuisi yang dicuplik diatas indah ya mbak, mendayu-dayu gimana gitu, meskipun isinya tentang patah hati tapi enak dibacanya :)
Waa..podho mbak, aku juga ndak bisa bikin puisi. Klo mbacanya...asal masih bisa dipahami...mau. Tapi klo yang kata2nya terlalu indah malah nggak dong isinya juga... *lah, njuk kepie?
HapusPadahal, jare cah-cah sastra, semakin absurd dan susah dipahami, semakin berkelas puisinya. :)) Batinku, "Nek ngunu aku tak nggawe puisi yg mbulet dan absurdnya minta ampun biar disebut berkelas." :))
HapusUdah cukup lama saya nggak baca kalimat-kalimat puitis dan sastra, kayaknya nyess banget deh bacanya. Kebanyakan baca blog yang umumnya bahasanya santai. Jadi tertarik deh beli buku kecilnya. Masih ada nggak ya?
BalasHapusMakasih sudah ikut GAnya ya
Udah buku lama e mbak..nggak tau masih ada apa ndak. Sama-sama mbak..terimakasih sudah dibaca :-)
Hapus