[FIKSI] Kemerdekaan Dimas

13 komentar
Ruang tunggu pengambilan obat terlihat ramai. Sembari, duduk dikursi panjang yang disediakan pihak klinik, Dimas mengurut-urut perutnya yang berasa di tusuk-tusuk. Badannya lemas. 

Sesungguhnya ia merasa lapar, ingin makan udang asam manis masakan ibu, tapi perutnya terasa mual. Sudah lebih dari 8 kali ia buang air besar hari ini, dan juga muntah-muntah. Ia ingat kata dokter barusan, saat ibunya bertanya tentang penyakit Dimas.

"Salah makan. Nanti saya beri obat untuk 3 hari, insyaalloh akan sembuh. Obat bisa dihentikan begitu keluhan hilang," Begitu dokter Wikan menjelaskan. 

Ingatan Dimas langsung tertuju pada liburannya kemarin.
**
Yess! Dimas bersorak begitu ayahnya mengijinkan sisa libur lebaran dihabiskannya dengan menginap di rumah kakek- nenek. Lumayan, 3 hari..bisa bersenang-senang dengan Mas Desta nanti. Mas Desta adalah kakak sepupu Dimas yang tinggal tak jauh dari rumah kakek dan neneknya Dimas. 

"Hore...aku bisa bebas....!  Aku bisa bermain sepuasnya di rumah nenek. Kakek juga pasti akan menyembelih seekor ayam untuk laukku. Yang pasti, nggak ada ibu yang suka melarang aku."

Dimas tersenyum puas. Menonton Tv dari pagi, berlanjut  main game  sepanjang siang tanpa kewajiban untuk tidur setelah makan dan sholat dhuhur menari-nari di benaknya. "Hmm..pasti seru!" 

***

"Mas Desta, aku kemarin download game baru, Crime City Police. Seru! Sekarang kita main yuk!" Ajak Dimas pada kakak sepupunya. Badan mereka masih penuh dengan keringat, maklum mereka baru saja masuk kembali ke rumah.

Pagi tadi kakek mengajak Dimas ke sawah. Ia membantu kakek menggantung sabut kelapa pada buah-buah pare yang ranum bergelantungan. Kata Kakek, agar pare-parenya bisa tumbuh memanjang dengan bentuk yang bagus. Dimas senang sekali, karena ini adalah pengalaman baru untuknya. Meski ia tak doyan dengan rasanya yang pahit, tapi Dimas ingin melihat panenan kakek berhasil. Makanya, ia bersemangat sekali. 

"Es..krim, enak....2000!" dari dalam rumah terdengar teriakan nyaring penjual es krim yang diputar melalui pengeras suara sebuah mobil.

"Es..krim!" 
Spontan Dimas dan Desta yang tengah asyik bergadget ria bertukar pandangan, dan tanpa menunggu langsung berlarian ke depan, mendekat ke sebuah mobil yang tengah dikerubuti anak-anak.

"Dua Bang, yang rasa coklat"

Tempo hari, Dimas dibekali uang saku Ibu10.000 rupiah untuk 3 hari, sambil tak lupa berpesan..."jajan makanan atau minuman sehat." 

Ah, kalau es krim...pasti ibu nggak bakalan melarang.

Baru saja Dimas dan Desta menyelesaikan es krim mereka, dari jauh terdengar sebuah bambu dipukul, hingga terdengar bunyi Tok..Tok..


"Apa itu Mas?" Tanya Dimas pada kakak sepupunya.

"Penjual ondol-ondol"
"Bakso tusuk?"
"Iya..mirip-mirip bakso tusuk gitu lah."
"Beli yuk Mas..."
"Nggak Dim...aku sudah jajan es krim tadi. Uang sakuku habis. Lagian aku sudah kenyang."
"Tapi aku mau nyoba.."
"Ya udah sana...tapi nggak usah make sausnya aja...kata ibuku, berbahaya"
"Oke Mas Desta..."

Tak sampai sepuluh menit kemudian, Dimas sudah kembali dengan 6 butir ondol-ondol dalam sebuah plastik. Sedikit kuah, berwarna jingga..

"Kok make saus Dim...?" tanya Desta
"Kayaknya enak e..ah, lagian..mumpung nggak ada Ibu dan Ayah. Ibu juga pernah cerita sih...katanya, ada beberapa saus yang penjualnya curang, jadinya malah berbahaya kalau dimakan. 

" Ya sudah. Itu kamu tahu, tapi kok malah... Aku mandi dulu ya Dimas..." Desta meninggalkan Dimas yang tengah menikmati ondol-ondolnya. Di barat, langit terlihat mulai berwarna jingga. Hari kedua liburan di rumah kakek-nenek sungguh menyenangkan.

***

Di dalam kamar, Dimas terlihat gelisah. Ada yang tak beres dengan perutnya. Rasanya sungguh melilit... Berkali-kali ia mesti bolak-balik ke kamar mandi. Ia diare. Ingin sekali ia meminta tolong kepada kakek atau neneknya, tapi tidak enak kalau harus membangunkan tidur mereka. Hingga akhirnya...
Hoekk...
Air dan makanan menyembur dari mulut Dimas. 

"Kamu sakit Le...? Kamu masuk angin...?" Rupanya nenek mendengar suara Dimas muntah, dan kemudian terbangun.

"Uwis...besok biar telepon ibumu...biar dia nganter kamu ke dokter.  Nenek dan Kakek kan ndak bisa naik motor"

Dengan sigap nenek kemudian membalur tubuh Dimas dengan minyak kayu putih, dan membersihkan bekas muntahan cucunya.

"Tidur lagi ..ini masih pagi sekali" kata nenek sambil menyelimuti tubuh Dimas dengan selimut tebal.

Perut Dimas sebenarnya masih terasa sakit, namun ia coba untuk memejamkan mata. Ia berharap bisa segera bertemu ibunya. Mendadak Dimas kangen sekali dengan ibu.

***
"Anak Dimas Arya Prasetya, pasien dr. Wikan dari Poli Anak". Dimas mendengar namanya dipanggil petugas..

"Dimas di sini. Biar ibu urus obatnya"

Dari tempatnya duduk, Dimas melihat ibunya menuju loket, mendengar penjelasan dari seorang mbak-mbak, menuju ke loket satunya lagi yang bertuliskan KASIR dan kemudian kembali ke tempat Dimas.

"Mas...ini obatnya. Nanti cepat diminum yaa..Dimas ingat kan...kata dokter tadi. Dimas sakit karena apa? Desta bilang tadi sama ibu, kamu jajan sembarangan  kemarin. Sekarang Dimas sudah ngrasain sendiri kan akibatnya..?"

Dimas menyesal. Sekarang ia sadar, di balik larangan-larangan ibu, tersimpan niatan baik untuknya. Ia pun mesti rela, saat liburan di tempat kakek-nenek yang sudah ia tunggu-tunggu, akhirnya terhenti di tengah jalan. 

Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

13 komentar

  1. Jadi intinya, secerewet-cerewetnya seorang ibu, beliau tidak akan melarang apapun, kecuali jika itu demi kebaikan sang anak. Dan, membangkang perintah orang tua itu tidak baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup...bener Son ☺ dan sepertinya saya ibu yang cerewet.. Tapi baik kok...ha..ha..

      Hapus
  2. Balasan
    1. Hi..hi. Pengen, tapi blm pede mbak.. ☺ ini kelasnya baru belajar...Idenya masih sering kabur. Mbak Kania atuh duluan...produktif sekali sekarang...

      Hapus
  3. fiksinya bagus Mba, pesannya "dapat". Anak-anak gak boleh jajan sembarangan nanti sakit perut :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ☺ terimakasih mbak Ira. Anakku yang gede mbak...banyak godaan di sekolah, penjual yang lewat depan rumah,...jadi malah muncul ide nulis ini.

      Hapus
  4. Makan ondol ondol pake saus, biasanya ada campurannya kali ya, jadi yokoh dimas akhirnya mules2 deh
    Btw aku baca cerita ini sambil mbayangin pare yang bergelantungan deh mb sulis hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sausnya plus pepaya busuk kayakya Nit.. **pemirsa reportase Investigasi. Tapi klo sering2 nonton tu program..akhirnya jadi bingung..mo jajan apa๐Ÿ˜€

      Pare..! Pahit..tapi enak yo mbul Nit๐Ÿ˜€



      Hapus
  5. Ibu walaupun cerewet tapi perhatian sama anak-anaknya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dibalik kecerewetannya..disitulah kasih sayangnya..ha..ha

      Thanks mbak Myra ๐Ÿ˜Š

      Hapus
  6. Jadi keinget waktu pengalaman SD, Ibu udah ngelarang jajan ini itu eeh tapi malah jajan makanan sembarangan secara diam2 akhirnya kena batunya juga saya mba ._.

    BalasHapus
  7. Jajanan sekarang memang berbahaya ya mbak Sulis. Apalagi kalau tanpa pengawasan orang tua. Saya juga selalu melarang anak jajan yang pakai saos2 gitu, tapi namanya anak-anak kadang masih melanggar ya :)

    Ceritanya bagus loh mbak, kalau belum kena batunya belum kapok ya anak-anak kita, hehe

    BalasHapus

Posting Komentar