Menabung Sampah? Bisa.

20 komentar
Sesi penimbangan sampah
 
"Bu..jangan lupa, besok pagi Alya bawa sampah ya..untuk ditabung."

"Nabung sampah? Maksudnya?" 

Jujur. Kening saya berkerut mendengar permintaan guru di PAUDnya Alya beberapa minggu lalu.

"Iya.. Nanti setiap hari Sabtu, anak-anak diharap membawa barang-barang yang sudah dianggap sampah di rumah, dibawa ke sekolah. "

"Misalnya?"

"Kertas bekas, botol plastik, atau apapun
benda yang bisa didaur ulang."

"Trus mekanismenya?"

"Sampah akan ditimbang, kemudian akan dipilah-pilah menurut jenisnya. Kemudian akan dihargai, dan itu masuk buku tabungan sampah"

"Tapi secara nominal...pasti sedikit sekali?"

"Iya. Mungkin tidak seberapa...tapi paling tidak dengan cara ini anak-anak akan lebih bijak mengelola sampah. Pertama, anak akan terbiasa menaruh sampah ditempat yang benar. Kedua, ia belajar untuk tidak asal membuang, ..tapi berusaha memilah menurut jenisnya. Yang ketiga, menanamkan niat menabung, yang bisa di daur ulang, pasti akan langsung "diniatkan" untuk dibawa ke sekolah."

"Nanti sampah-sampah yang terkumpul..akan dibawa kemana?"

"Tiap Sabtu siang sudah ada pengepul yang akan membawa semua ini ke tempat pengolahan sampah, dan barang-barang bekas"

"Oo.." saya sekedar manggut-manggut. Ini tho BSE, Bank Sampah Edukatif yang katanya sudah dijalankan sekolah setahun terakhir. Baguslah kalau begitu.
***

Gambar dari itsmen.wordpres.com
Sampah, dimanapun memang sering jadi masalah, termasuk pada level rumah tangga. Walau begitu, banyak juga cara atau metode yang digunakan masyarakat untuk mengolah sampah.

Beberapa tahun silam, saya pernah datang ke sebuah kampung dimana masyarakatnya menurut saya top banget dalam hal pengelolaan sampah. Dari level keluarga, sampah sudah dipilah. Kemudian dibeberapa titik kampung, tersedia tong-tong besar untuk menampung sampah-sampah tadi berdasarkan jenisnya. Oleh karang taruna, sampah kemudian diolah. Sampah basah menjadi pupuk, sampah an-organik masuk tempat daur ulang, dan plastik-plastik kemasan disulap ibu-ibu PKK menjadi aneka kerajinan. Uangnya? Masuk uang kas kampung. Keren kan?

Sayang, lingkungan tempat tinggal saya masih memilih sistem kelola sampah yang paling mudah, cepat, dan praktis. Langganan tukang ambil sampah, bayar tiap bulan, dan beres. Atau ada beberapa juga yang milih dengan membakar atau menimbunnya di halaman rumah, dan selesai.


Makanya, saat gadis cilik saya di sekolah di edukasi untuk memperlakukan sampah dengan bijak, ya pasti terimakasih. Selama ini, yang kami lakukan dirumah sebatas membiasakan anak-anak membuang sampah di tempat sampah, dan sudah. Tidak pernah terlintas untuk mengelola lebih lanjut, atau bahkan menyulap sampah menjadi tabungan. Bagaimana dengan teman-teman, sudah bijakkah dalam mengelola sampah? Jujur..saya belum. Ini lagi belajar.☺

Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

20 komentar

  1. waah... sekolahnya hebat. seandainya semua sekolah sudah melakukan tindakan ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayangnya di sini blm banyak yang njalanin program ini mbak..

      Hapus
  2. Kreatif nih mba..
    Mungkin, aku bisa usul ke satgas adiwiyata di sekolahku buat nerapin sistem ini
    Menginspirasi hehe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh di usulkan Zalfa. Klo lingkungannya bersih, sampah terkelola dengan baik...lingkungan bljr akan lebih nyaman

      Hapus
  3. wahh, keratif banget tuh sekolahnya Alya Mba *jempol*
    sayapun baru tahap mengajarkan Wahyu untuk membuang sampah pada tempatnya. Patut dicontoh nih cara ibu gurunya Alya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Ira. Semoga apa yang diajarkan pada bocah2 ini membelas diingatan mereka, sampai kelak mereka dewasa

      Hapus
  4. Punyaku tukang ambilnya dateng tiap 2 hari sekali, datengnya pagi mruput..nah pas aku ketinggalan , blom sempet nyantelin di pager...huaaa rasanya nyesek ahhahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyo. Tempatku juga mruput. Pake ember bertutup itu aja Nit...ndak perlu lagi nyantelke pager☺☺

      Hapus
  5. Gurunya kreatif ya mba, bisa ngajarin anak untuk peduli dengan sampah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih mbak. Semoga anak2 nantinya tumbuh jadi anak yang peduli sampah

      Hapus
  6. Metode yang sangat edukatif dan bermanfaat, tentunya. Oiya, kalo saya pribadi, salut banget ama masyarakat di kota Majalengka. Hampir semua warga-nya tertib soal sampah ini. Enggak heran kota ini sering dijuluki kota paling bersih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di jogja juga ada masyarakat yang kayaknya seperti kamu critain di Majalengka. Nama desanya Sukunan.

      Hapus
  7. Hebat euy baru PAUD tapi sudah menerapkan metode yang edukatif. Semoga sampai besar siswa-siswanya bisa tetap disiplin buang sampah pada tempatnya.

    BalasHapus
  8. Waaah keren banget nih idenya, masih PAUD padahal ya Maaaak.. Jadi mulai berdampak positif juga nih untuk ibu-ibunya, jadi mulai bisa milah-milah sampah dirumah yaaaa. Inspiratif banget nih idenya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Ini level PAUD. Semoga ibu-ibunya pada ikut juga manage sampah dengan baik.☺

      Hapus
  9. Sejak beberapa tahun yang lalu kita sudah dianjurkan memilah sampah berdasarkan jenisnya ya mbak Sulis. Tapi itu masih belum sepenuhnya dilakukan. Di mall atau tempat umum misalnya, sebenarnya sudah ada tong sampah tersendiri untuk sampah organik dan non organik, namun kita masih sering salah memasukkannya. Mungkin sosialisasinya harus lebih jelas dan terus-menerus, mana jenis sampah organik atau bukan.

    Dan bagus sekali kalau hal itu sudah diajarkan sejak PAUD diharapkan anak-anak bisa memilah dan memilah jenis sampah, sehingga kebiasaan ini akan terbawa sampai dewasa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak.. Semoga bisa kebawa sampai anak-anak dewasa. Biasanya klo milah-milah gitu..godaan terbesar adalah nggak tlaten. Jadi mmng harus ada niat kuat.. Sosialisasi yang kontinyu. Biasanya masyarakat akan menjadi tertib menjaga lingkungan kalau sudah merasakan manfaatnya.

      Hapus

Posting Komentar