Sumber: youtube |
"Okey, Aku akan menikah, tapi setelah lulus S2. Aku juga harus terpelajar, punya karir bagus, biar bisa sama dia -- dan jadi jodoh yang pas. Jadi sama kan?"
Kalau yang sering lihat TV, pasti akrab sama petikan dialog diatas. Meskipun sebenarnya saya juga masih mikir, apa hubungan antara nikah - S2- dan pencerah wajah. Yang justru saya tangkap adalah, bahwa iklan tersebut turut menyepakati, kalau dunia para perempuan tak lepas dari hal-hal dilematis.
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan dilema berarti situasi sulit yang mengharuskan setiap orang menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang sama-sama tidak menyenangkan atau tidak menguntungkan; situasi sulit dan membingungkan.
Perempuan itu pintar. Ia smart. Kalau tak percaya, tengok saja atau ingat jaman sekolah atau kuliah, rata-rata pemegang predikat jawara kelas atau IPK tinggi adalah perempuan. Tapi nggak tau kenapa, semakin berumur, jumlahnya akan mengerucut menyerupai piramida. Kalau menurut saya, itu ada hubungannya dengan dilema-dilema yang banyak dilalui perempuan itu sendiri.
Menurut pengamatan dan pengalaman, hal-hal dilematis perempuan banyak dimulai ketika mereka mulai memasuki dunia kerja (usia awal 20-an). Tapi tentu saja tidak semua, dan kadarnyapun tentu saja berbeda-beda.
Kisah hidup dua teman saya, mungkin bisa sedikit jadi gambaran. Sebut saja A. Teman saya ini bahagia sekali saat mendapatkan informasi ia lolos tes, diterima bekerja di sebuah perusahaan media. Tapi, alangkah galaunya dia saat dihadapkan kontrak kerja, tak boleh menikah di 2 tahun pertama. Padahal, tanggal pernikahannya dengan pujaan hati sudah dirancang, tinggal beberapa bulan ke depan. Calon suami tak mau lagi menunda. Pilihan di depan mata, kehilangan calon suami atau pekerjaan idaman? Teman saya memilih melanjutkan rencana pernikahan, dan rela kehilangan pekerjaan idaman. Contoh ke dua, sebut saja B. Perempuan muda, cantik, sukses. Belum menikah, padahal usia sudah diatas 30 tahun. Suatu saat, ada tawaran untuk melanjutkan studi ke luar negeri dengan semua biaya ditanggung perusahaan tempat ia bekerja
Mendapat tawaran itu, ia pun konsultasi ke Ibunya.. dan apa tanggapan ibunya?
"Lalu kapan kamu akan menikah? Kalau kamu selalu dengan pekerjaanmu...laki-laki mana yang mau?"
Dalam persepsi sang Ibu, semakin tinggi/semakin sukses karir wanita, maka laki-laki semakin "takut" untuk mendekat. Tapi bagi B, kesempatan yang diberikan perusahaan adalah kesempatan, dan peluang. Maka, B memilih mengambil kesempatan belajar, dan sampai diusia lebih dari 36 tahun, ia memang belum juga menikah.
Beda banget kan dengan para pria? Semakin sukses di dunia karir..maka semakin mudahlah dunia dan wanita dalam genggamannya.
Itu baru dilema dalam dunia kerja. Permasalahan dilematis akan kembali timbul saat menikah. Mayoritas budaya masyarakat menganut, posisi perempuan adalah ikut suami. Itu artinya mesti pindah domisili. Meski tidak semua akan mengambil opsi pada keputusan "ikut domisili suami" ...tapi saya yakin, acapkali pilihan ini juga sering membuat perempuan dalam posisi sulit.
Ilustrasi dari vemale.com |
Dilema berikutnya, dan menurut saya ini paling berat. Paling sering dialami perempuan, karena terkait kodrat perempuan yang berrahim dan berkelenjar susu. Saat sudah hamil, melahirkan, dan memiliki anak, permasalahan yang sering muncul adalah tubuh di tempat kerja, tapi pikiran berada di rumah, atau sebaliknya. Banyak perempuan yang lalu dihadapkan pada pilihan sulit. Tapi tentu tingkat kerumitannya berbeda-beda pula. Ada yang bisa melakukan kompromi, tapi banyak pula yang akhirnya harus memilih salah satu jalan, kayak curhatan jadul saya ini☺
Lalu, apa ya para perempuan harus terus menerus berada dalam kubangan dilema? Nggak lah..roda kehidupan harus terus berjalan. Sayang kan kalau kemudian indahnya dunia dilewatkan begitu saja. Yakini saja, bahwa hidup itu masalah pilihan, tetapkan yang terbaik, jalani, nikmati, dan syukuri. Yakini, semua akan menjadi lebih baik.
Tulisan ini diikutkan pada Lomba blog "Dilema"
sebagai emak2 selalu ada aja ya dilemanya. i feel it hehe
BalasHapusSemua perempuan punya dilema ya mbak Sulis? Yang penting bagaimana menyikapinya ya. Bisa juga kita curhat dengan orang terdekat siapa tahu ada solusinya :)
BalasHapusBagi saya dilema lebih sering tentang permaslahan anak sih mbak :)
I feel it too mba, emang banyak dilemanya jadi perempuan. yang lagi dialami sekarang dilema masalah jodoh.. Loh kok jadi #curcol hihi
BalasHapusdilema memang melanda di setiap tahap usia ya.
BalasHapusSaya pun pernah mengalami dilema. Tpai bertekad gak boleh alma-lama dilemanya :)
BalasHapusIya ya jadi wanita banyak banget dilemanya. Sering mengalami, tapi setelah jadi istri lebih ikut apa kata suami aja. :)
BalasHapusIya bener mba, dilema memang udah kayak santapan kaum perempuan. Terkait dengan tugas mulia sebagai ibu, perempuan lebih rentan terhadap tekanan lingkungan sekitar maupun dunia kerja (bagi ibu yg bekerja di luar rumah).
BalasHapuswah iya ya memang dilema, tapi kalau sudah memilih harus mantap dengan pilihannya.
BalasHapusDilema itu akan terasa bukan dilema bila dijalani dengan mantap hati sebagai pilihan, syukuri apa yang ada, dan terus berprasangka baik, termasuk kepada-Nya.
BalasHapusBahasan yang menarik selalu tema tentang ini mb, aku suka baca pandangan dari berbagai sudut klo dah nyangkut tema inih
BalasHapussaya nih Mba, sering banget dilema, sepertinya perempuan memang ditakdirkan untuk hidup berdampingan dengan dilema, hihihi
BalasHapus