Waktu bagai berlari, nggak kerasa bulan Mei sudah mendekati ujung. Itu artinya, Ramadhan udah bener-bener di depan mata. Nggak hanya di dunia maya, media sosial sudah penuh nuansa penyambutan Ramadhan.
Ngomongin puasa, ada beberapa tradisi rutin ala masyarakat Jogja (atau Jawa pada umumnya) yang setiap tahun diadakan menjelang bulan Ramadhan. Kalau saya amati, nuansa Jawa nya memang lebih kentara pada masyarakat desa, musalnya di kampung dulu saya lahir dan besar, atau di desa di mana saya tinggal sekarang.
Berbeda cara, tapi tetap ada dari tahun ke tahun, dan memang sudah menjadi semacam tradisi. Setidaknya ada 4 tradisi masayarakat menjelang datangnya puasa yang masih langgeng dipertahankan masyarakat.
Besrik Makam
Besrik makam, artinya membersihkan makam. Kalau tradisi yang ini, lebih ke tugasnya para pria atau lebih tepatnya para bapak-bapak atau suami. Jadi, biasanya akan ada kesepakatan kampung, dimana ada satu hari (hari libur) dimana para pria ini akan datang ke area pemakaman desa dengan berbekal sapu, cangkul, ataupun arit untuk kemudian bebenah, bersih-bersih dan beres-beres di area pemakaman.
Nyekar
sumber gambar: wohingbasajawa-nuri.blogspot.co.id |
Nyekar dari kata sekar yang artinya bunga. Kalau menjelang puasa gini, salah satu komoditas yang laris manis adalah bunga. Bukan tanaman bunga atau bunga potong, tapi bunga yang biasa dibawa untuk mengunjungi makam.
Alhamdulillah, dua orang tua saya masih sehat. Tapi saya ingat, dulu waktu kecil sering diajak bapak ke makam kakek nenek. Dalam tradisi kampung kelahiran saya, kehadiran bunga tidak begitu penting. Hampir semua acara di pemakaman tidak menggunakan bunga sebagai ubo rampe. Menjelang ramadhan, area pemakaman memang lebih ramai dari biasanya. Setiap ke makam, yang saya lihat orang-orang hanya akan membawa buku surah Yaasin, membacanya di makam, mencabuti seandainya ada rumput liar yang tumbuh di sekeliling pusara, dan sudah.
Berbeda tempat, beda pula tradisi. Di kampung saya tinggal kini, keberadaan bunga seolah sesuatu yang vital. Ada kematian, pakai bunga, Ke makam, nyangking bunga, ada syukuran kelahiran bayi, ada bunga juga. Mungkin ada semacam sinkretisme agama, tapi ya sudah..bagi saya bunga bermakna hiasan dan sumber keharuman. Itu saja.
Nyadran
Nyadran juga merupakan salah satu tradisi penyambutan bulan Ramadhan masyarakat Jawa. Biasanya acara ini melibatkan semua masyarakat, pria-wanita, tua-muda, dewasa maupun anak-anak. Umumnya perhelatan ini di adakan H-10 dari datangnya Ramadhan. Tapi, karena berbagai pertimbangan, biasanya event ini tidak dilakukan secara serentak, yang artinya satu desa dengan desa yang lain berbeda waktu pelaksanaannya.
Inti dari acara Nyadran sebenarnya adalah mengingat nenek moyang, mendoakan keluarga yang sudah terlebih dulu meninggal dan juga mengingatkan ke yang masih hidup kalau suatu saat akan meninggal pula. Makanya, acara wajib dalam tradisi ini adalah menggelar doa bersama atau tahlil.
Meski inti dan tujuannya sama, tapi tetep ada perbedaan juga pas pelaksanaan. Di beberapa desa, termasuk di wilayah saya tinggal saat ini, acara Nyadran di gelar di area pemakaman, dengan menggabungkan doa bersama plus kenduri. Bahkan ada beberapa desa tetangga yang masih 'setia' dengan menu wajib ketan-kolak-apem, yang konon menyimpan makna sendiri-sendiri.
Di kampung saya lahir dan besar, acara Nyadran diisi membaca tahlil dan ceramah pengajian. Tanpa kenduri, tanpa kolak-ketan-apem (snack biasa), dan lokasipun di masjid, bukan di area pemakaman.
Bisa jadi, di beda wilayah, tradisi Nyadran akan berbeda pula dalam hal teknis pelaksanaan. Yah, mungkin di dalam kasus ini berlaku "dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung", anggep aja kekayaan budaya, yang penting intinya berdoa.
Padusan
sumber gambar: www.kr.co.id
Padusan berasal dari kata 'adus' yang artinya mandi. Intinya bersih diri sebelum menjalankan puasa. Saya ingat kata ibu, seyogyanya mandi keramas (mandi besar) dulu sebelum puasa hari pertama. Nggak ada yang istimewa, mandi di kamar mandi, seperti sore-sore biasanya.
Tapi begitu sudah besar, saya ngerti dunia luar, ternyata banyak yang menjalankan tradisi padusan ini secara berbeda. Artinya, mereka memilih mendatangi tempat-tempat umum, seperti sungai, mata air, air terjun atau kolam renang untuk melakukan ritual padusan ini. Jadi dalam tradisi padusan ini, semacam ada dua versi. Versi pertama, mandi besar seperti biasa. Versi kedua, mandi rame-rame di tempat umum. Saya belum pernah nyoba versi kedua.. Nggak ah, malu.😎
Itu tadi 4 tradisi jelang ramadhan yang saya tahu. Di luar sana, saya yakin masih banyak tradisi atau kebiasaan masayarakat lain yang mungkin mirip atau bisa jadi sangat berbeda. Indonesia kita kan kaya!
Nyadran juga merupakan salah satu tradisi penyambutan bulan Ramadhan masyarakat Jawa. Biasanya acara ini melibatkan semua masyarakat, pria-wanita, tua-muda, dewasa maupun anak-anak. Umumnya perhelatan ini di adakan H-10 dari datangnya Ramadhan. Tapi, karena berbagai pertimbangan, biasanya event ini tidak dilakukan secara serentak, yang artinya satu desa dengan desa yang lain berbeda waktu pelaksanaannya.
Inti dari acara Nyadran sebenarnya adalah mengingat nenek moyang, mendoakan keluarga yang sudah terlebih dulu meninggal dan juga mengingatkan ke yang masih hidup kalau suatu saat akan meninggal pula. Makanya, acara wajib dalam tradisi ini adalah menggelar doa bersama atau tahlil.
Meski inti dan tujuannya sama, tapi tetep ada perbedaan juga pas pelaksanaan. Di beberapa desa, termasuk di wilayah saya tinggal saat ini, acara Nyadran di gelar di area pemakaman, dengan menggabungkan doa bersama plus kenduri. Bahkan ada beberapa desa tetangga yang masih 'setia' dengan menu wajib ketan-kolak-apem, yang konon menyimpan makna sendiri-sendiri.
Di kampung saya lahir dan besar, acara Nyadran diisi membaca tahlil dan ceramah pengajian. Tanpa kenduri, tanpa kolak-ketan-apem (snack biasa), dan lokasipun di masjid, bukan di area pemakaman.
Bisa jadi, di beda wilayah, tradisi Nyadran akan berbeda pula dalam hal teknis pelaksanaan. Yah, mungkin di dalam kasus ini berlaku "dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung", anggep aja kekayaan budaya, yang penting intinya berdoa.
Padusan
sumber gambar: www.kr.co.id |
Padusan berasal dari kata 'adus' yang artinya mandi. Intinya bersih diri sebelum menjalankan puasa. Saya ingat kata ibu, seyogyanya mandi keramas (mandi besar) dulu sebelum puasa hari pertama. Nggak ada yang istimewa, mandi di kamar mandi, seperti sore-sore biasanya.
Tapi begitu sudah besar, saya ngerti dunia luar, ternyata banyak yang menjalankan tradisi padusan ini secara berbeda. Artinya, mereka memilih mendatangi tempat-tempat umum, seperti sungai, mata air, air terjun atau kolam renang untuk melakukan ritual padusan ini. Jadi dalam tradisi padusan ini, semacam ada dua versi. Versi pertama, mandi besar seperti biasa. Versi kedua, mandi rame-rame di tempat umum. Saya belum pernah nyoba versi kedua.. Nggak ah, malu.😎
Itu tadi 4 tradisi jelang ramadhan yang saya tahu. Di luar sana, saya yakin masih banyak tradisi atau kebiasaan masayarakat lain yang mungkin mirip atau bisa jadi sangat berbeda. Indonesia kita kan kaya!
Di Sumatera Utara juga banyak tuh mbak yang ikut tradisi bersihin makam sebelum puasa.
BalasHapusTerus di sini biasanya 1 hari sebelum puasa ada nama mogang, yaitu saling berbagi makanan dengan tetangga atau keluarga.
Menarik banget kalau membaca tentang tradisi karena negara kita kaak akan tradisi :)
BalasHapusbaru tau ada istilah padusan... kalau di sumatera ada istilah mandi baliau...
BalasHapusNegeri kita beragam ya, ditemoat saya beli lagi namanya mba :)
BalasHapusalhamdulilah udah nyadran
BalasHapusDi kampung saya juga ada ritual semacam membersihkan makam mba. Saya juga penasaran apa alasan filosofis sehingga ritual seperti ini dilakukan.
BalasHapusSama tradisinya dikampung saya. Bersih-bersih makam, nyadran makan-makan enak bersama sekampung didepan jalanan akses menuju makan selanjutnya memberi kembang atau nyekar di makam leluhurnya.
BalasHapusPadusan ini yang seru, mandi secara bersama di pemandian umum. Ah tapi sekarang banyak disalah gunakan menjadi ajang pacaran, umbar aurat. Ngeri-ngeri sedap.
Keluarga suamiku solo, mereka biasanya tradisi yg nyekar itu mba.. Kalo aku yg batak, justru tradisi mandinya yg biasa dilakuin. Biasa mama nyuruh kita mandi pake air yg dicampur ama jeruk nipis.. Nthlah apa mksdnya :D. Aku sih seneng aja, krn seger..
BalasHapusaku baru tau mba tradisinya sampe ada padusan xixxi klo yg aku tau disini mah sblm puasa teh botra atau cucurah makan2 sambil kumpul sblm puasa gto klo aku mah
BalasHapusbetul ay keraiafn lokal kita ini perlu dipertahankan krn banyak unsur kebersamaan dg orang lain yang mempererat sialhturahmi
BalasHapusak ubelum nyekar bun, nunggu ibuku balik dari Bali.
BalasHapusBiasanya saya juga melakukan serangkaian acara itu
Alhamdulillaah kemarin udah nyekar. Kalau nyekar kadang kebayang diri sendiri yg akan masuk kubur
BalasHapusSetiap daerah memiliki tradisi msg2 ya... Menarik :)
BalasHapusDi daerah saya, dari kota hingga pelosoknya, yang pasti melakukan adalah nyadran. Kirim apem dan ketan. Ada juga yang kenduri. Tapi kalau orang-orang yang tinggal perumahan sudah jarang melakukannya.
BalasHapusPadusan tu rame banget ya, aku kenal padusan jaman aku tinggal di Yogya. Mbak mohon maaf lahir dan batik ya, selamat menyambut bulan suci bulan penuh makna, Marhaban ya Ramadan
BalasHapuspadusan rame-rame pernah, pas kecil di kolam renang kompleks.
BalasHapuskl di sini mau puasa ada acara megengan. pada bawa nasi lauk komplit ke masjid, bar maghrib doa bareng. sebelumnya juga biasanya pada ke makam, baca yasin, tahlil dsb. beda banget sama di tempatku dulu yg cuma nyekar ke makam, yang kalo ga sempat jg gpp dan biasanya diganti pas lebaran.
Kalau di keluarga saya dan suami paling nyekar dulu sebelum puasa mbak Sulis, dan mandi keramas menjelang puasa.
BalasHapusMenjelang Ramadhan salah satu tempat paling ramai mungkin adalah makam ya mbak, tapi jangan tanya deh berapa harga bunga tabur sekarang. Kemarin suami beli 20.000 cuma dapat 7 kuntum dan yang sudah mawur sedikit :)