"Kesiangan nih..jadinya kena macet."
Gerutu pak suami sembari mengoper posisi persneling kendaraan. Hi..hi, saya yang di kursi samping milih diam.
Saya lihat jam di dashboard, belum juga genap jam 9. Belum siang banget sebenarnya. Anak-anak di belakang yang biasanya ribut klo macet, sibuk ngurusin game dari hape ayahnya. Memang harusnya kami bisa berangkat lebih pagi. Tapi, berhubung ada satu kerjaan yang harus saya kelarin duluan, start dari rumahnya jadi agak siangan.
Kemacetan di awal tanjakan Pathuk, ternyata nggak begitu panjang. Yess, sebentar lagi kami nyampe tujuan. Rencananya kami mau ngisi libur sekolah anak-anak dengan ngajak mereka maen di hutan pinus Pengger. Itung-itung nyiasatin juga udara di musim kemarau yang lumayan gerah. Cari suasana beda, nggak mlulu ngadem di kaki Merapi.
Dari arah kota Jogja, hutan Pinus Pengger paling dekat dijangkau melalui kawasan Pathuk, Gunung Kidul. Jadi setelah dari Bukit Bintang, nanti ketemu perempatan, pilih belok kanan ke arah Dlingo, Bantul.
Hutan Pinus Pengger, Spot Baru Wisata Bantul
Pintu Gerbang Hutan Pinus Pengger |
Saya akui, kekuatan media sosial itu sungguh hebat. Dulunya mungkin nggak banyak yang menyangka kalau hamparan hutan pinus ini bisa menjadi spot wisata. Tapi ternyata, digitalisasi media mampu mengubah semua, sama seperti yang dialami hutan pinus Pengger ini.
Kesan pertama yang saya dapatkan, tempat ini belum seramai dan setenar Hutan Pinus Mangunan. Meskipun secara lokasi, sebenarnya mereka berdekatan, sama-sama berada di wilayah Dlingo Bantul. Walaupun begitu, bukan berarti tempat ini kalah menarik. Biaya retribusi pengunjung pun, sangat terjangkau, hanya 2500 perorang, plus parkir 5000 rupiah untuk satu kendaraan roda 4.
Hammock aneka warna sudah siap..siapa mau?? |
Begitu datang dan kemudian menyisir hutan pinus, saya dihadapkan dengan begitu banyak spot foto ala Indian, yang di susun dari batang dan ranting-ranting pohon. Tak hanya unik, tapi ternyata masing-masing bentuk menyimpan makna yang dalam. Apa makna, siapa orang kreatif dibalik spot-spot keren ini, bisa diakses pengunjung melalui papan informasi yang diletakkan tak jauh dari spot foto.
Setiap bangunan/spot foto, punya makna masing-masing. Rata-rata berbahasa Sansakerta |
PANCAWARA. Spot Favorit Pengunjung berbentuk tangan raksasa. |
Jembatan Pohon |
Watu Ngadeg. Spot Foto yang selama Agustus ini ditutupi bendera merah putih |
Beberapa spot poto, memang laris. Jadi, kalau tidak mau terlalu lama ngantri, ya datangnya mending pagi, pas masih agak sepi. Tapi karena saya ke sini tujuan utama nya bukan untuk numpang foto, tapi pengen nyari suasana yang teduh, alias ngadem, jadi ya gak gitu ngaruh. Nggak mau ngantri, ya nggak usah photo. Gitu aja.
Fasilitas Favorit anak-anak, ayunan! |
Selain teduh dan viewnya bagus, hal lain yang saya suka dari hutan pinus ini, adalah kebersihannya. Jarang saya nemu plastik atau sampah berserakan di kawasan hutan. Sebenarnya, ini berkat kesigapan pihak pengelola juga, yang menyediakan banyak tempat sampah berupa keranjang bambu atau ember guna menampung bungkus makanan atau plastik botol minuman.
Klo nggak bawa tikar, bisa juga manfaatin kursi-kursi yang disediakan untuk menikmati kebersamaan |
Beruntung, siang itu saya bisa ngobrol dengan Pak Parno, salah satu petugas penjaga. Menurut beliau, dibukanya hutan pinus Pengger sebagai kawasan wisata kurang lebih satu setengah tahun yang lalu, membawa banyak perubahan, lebih tepatnya kemajuan ekonomi bagi penduduk sekitar.
"Ini penggagas awalnya 40 warga mbak, termasuk saya..ya sekarang yang ngelola ini kami. fasilitas Swadaya masyarakat, 75% dana yang masuk kembali ke pengelola, sementara 25%nya masuk ke pemerintah"
Wajah pak Parno terlihat sumringah, terlebih makin siang pengunjung hutan pinus semakin ramai.
"Paling ramai menjelang sunset mbak. Ini kan sampai malam, nanti tutup jam 12 malam..tapi kalau mau camping juga bisa. Bahkan kemaren itu sudah ada yang pesen camping untuk bulan September"
Dari tempat ini, bisa melihat wilayah Piyungan dari ketinggian |
Weis, ternyata hutan ini tidurnya cuma bentar. Standby siang malam. Hi..hi, mall aja kalah yaa..😁 Kapan-kapan, pengen nyoba juga maen ke sini pas pergantian siang ke petang, kayaknya bagus. Toh, meski di hutan, di sini ada Musholla, MCK, sama banyak warung-warung makan dengan harga makanan yang wajar.
Banyak warung milik warga setempat, dengan menu-menu yang lumayan. |
Kesimpulan
- Karena posisinya paling utara, medan ke Pinus Pengger lebih gampang di jangkau. Nggak begitu banyak kelokan dan juga tanjakan. Tapi kalau yang belum tahu medan, tetap harus hati-hati.
- Buat yang suka foto, tempat ini cakep banget. Bisa foto2 di spot-spot yang disediakan, nggak dipungut biaya tertentu, tapi sama pihak pengeloka disediakan semacam kotak infak. Jadi sukareka atau seikhlasnya. Bagi pengunjung yang pengen cara lain menikmati hutan ini, bisa juga sewa hammock @10.000, warna-warni, dan cakep klo fotonya rombongan, dengan posisi hammock bertumpuk.
- Klo nggak suka foto, atau lagi males gaya-gaya depan kamera, gelar tikar atau duduk-duduk di meja-meja yang disediakan aja juga sudah lumayan ngerefresh otak.
- Biar lebih yakin..datang dan buktiin sendiri aja yaa..
Lokasi Hutan Pinus Pengger Yogyakarta
Pengen ngadem di sana juga. :D
BalasHapusAku tuh suka penasaran sama wisata kekinian yang nyediain spot foto kayak gini, mb. Bagusnya tempat ini gak cuman sekadar cekrek ya Mb. Bisa buat duduk sambil ngadem
BalasHapusAhhh.. Seruu..
BalasHapusIkut senyum-senyum saat baca penuturan Pak Parno, semoga tetap terjaga usaha yang mereka gagas.. Makin baik perekonomian dan lingkungan sekitar juga tetap terjaga.
Pengen ikut ngadem jugaaa...
Nek dateng mnuju petang opo njuk ga singup n denger suaraw alam yang medeni mb sulis wkkkk, biasanya banyak suara garengpung kan
BalasHapusIni suasananya mirip di kaki gunung salak endah bogor klo pinus-pinusan gini
bagus baangeeeet!! Asli itu poto-poto denga background pohon pinus keren abis..
BalasHapuswahhh wisata hutan pinus joghja ngangenin ni. pengen kesana lagi
BalasHapusSejuk bener :D lengkap sama map-nya juga ya... Enak nanti kalo ada yg mau kesana
BalasHapusyah kan bagus
BalasHapuswah foto2nya seikhlasnya, biasanya udah dipatok tarif
Betul mbak, keberadaan media sosial turut membantu banyak masyarakat sadar wisata. Baik pengelola maupun pengunjung. Dari dulunya hanya tempat biasa, jadi tempat yg dikenal banyak orang.
BalasHapusBetul mbak, keberadaan media sosial turut membantu banyak masyarakat sadar wisata. Baik pengelola maupun pengunjung. Dari dulunya hanya tempat biasa, jadi tempat yg dikenal banyak orang.
BalasHapusKelihatannya emang adem banget kalau kesana mbak. Untuk camping juga bagus nih tempatnya. Kagum dengan keindahan alam Indonesia. Semoga bisa dipelihara dengan baik o:)
BalasHapusUdah lama gak ke tempat ini, jadi pengen lagi. Pengen gowes lagi tapi. Biar ada perjuangannya untuk sampe..hehe
BalasHapusMakin kesini makin ada perbaikan dan terlihat makin menarik ya, Teh..
Menarik banget nih, musti diagendakan plesiran di tempat ini. Makasih bunda....
BalasHapusDi spot2 yang dipke foto..dilengkapi lampu mas sama pengelola. Yang favorit sih katanya yang tangan raksasa, nanti background jdnya kelap kelip lampu2 di bawah.
BalasHapusBener mbak, kekuatan sosmed memang luar biasa ya. Kalau beruntung mah, memang bisa membawa dampak bagus macam Hutan Pinus Pengger ini. E malangnya kalau pas ada netijen yang kurang bijak, nemu spot foto bagus, bukannya menjaga-malah bisa merusak spot yang ada. Kaya kejadian yang bunga amarilis di Gunung Kidul itu.
BalasHapusPintu gerbangnya bagus sekali ya mbak Sulis, saya melihatnya seperti gurita raksasa yang menancapkan tentakelnya ke tanah, hehe..
BalasHapusSpot fotonya juga bagus-bagus, jadi pengen naik jembatan pohon biar bisa melihat pemandangan dari atas sana. Iya cocok banget buat kemping anak-anak nih :)
Hutan-hutan pinus sekarang semakin diberdayakan. Beberapa kali berkunjung ke wisata seperti ini rasanya adem. Ditambah spot selfie jadi makin menarik saja.
BalasHapus