"Hanya seorang Ibu yang akan tahu panjangnya malam..saat anaknya demam"
Saya ingat betul apa yang pernah dikatakan Ibu, belasan tahun silam. Sayangnya, dulu saya nggak terlalu perhatian dengan apa yang pernah diucapkan Ibu. Iya, karena dulu saya masih gadis, belum terpikirkan dengan pengorbanan dan kasih-sayang seorang wanita, terlebih setelah berstatus sebagai Ibu.
Kini saya mengerti apa artinya. Saya pernah mengalami juga perjuangan itu. Saat anak demam, berjaga sepanjang malam, menenangkan saat rewel, menggendongnya hingga ia bisa tertidur, dan berusaha tetap terjaga agar tak terjadi hal-hal buruk.
Ibu saya (neneknya Raka dan Alya) punya trauma dengan yang namanya demam, makanya ia selalu wanti-wanti saya, "jangan pernah menyepelekan saat tubuh anak-anak demam"
**
Bermula saya yang masih berumur 5 tahunan, sekitar tahun 1985. Waktu itu masih Taman Kanak-Kanak. Seingat saya ada suatu siang dimana hari itu saya merasa badan saya nggak enak. Mungkin karena merasa gerah, sesiangan saya tiduran di lantai, rumah teman. Pas sore saya pulang dan kemudian tiduran, sementara ibu sibuk di dapur, menimba air untuk mengisi bak mandi.
Mungkin Ibu tidak sadar kalau saya dalam keadaan demam. Nggak tahu apa yang terjadi, saya ditemukan kakak dalam keadaan kejang dan tubuh saya ternyata panas tinggi. Bisa dibayangkan waktu itu, alat transportasi dan sarana medis masih terbatas.
Untungnya saya masih bisa ditangani tenaga dokter yang kemudian didatangkan ke rumah. Alhamdulillah, masih bisa menikmati indahnya dunia sampai hari ini. Kejadian itulah yang kemudian membekas, dan meninggalkan sebuah pelajaran untuk Ibu dan terus diingatnya sampai sekarang; demam adalah gejala yang nggak bisa disepelekan.
Anak-Anak Rentan Terkena Demam
Melihat anak yang sehat, bisa bermain dengan ceria adalah kebahagiaan yang luar biasa bagi orang tua. Namun, tak bisa kita pungkiri, dibandingkan dengan kelompok usia yang lain, maka anak-anak adalah usia yang paling gampang mengalami demam.
"Anak kecil memang lebih gampang demam. Kadang mereka capek aja bisa jadi demam", kata dr Ristantio, SPa salah satu dokter anak di RSA UGM yang beberapa waktu lalu saya temui saat dua bocil saya, dua-duanya kompakan kena batuk-pilek-demam secara berbarengan.
Secara medis, dikatakan bahwa demam itu bukan penyakit, tapi ia gejala awal yang menandakan ada ketidakberesan dalam tubuh. Yang paling penting kemudian, adalah mencari penyebabnya.
Pada umumnya, demam biasa menyertai inveksi virus maupun bakteri. Meski begitu, gejala ini bisa sedikit berbeda pada jenis infeksi yang berbeda. Pada infeksi virus, demam kemungkinan hanya berlangsung 1 atau 2 hari saja, dan kemudian cenderung membaik setelah beberapa hari.
Sementara pada demam yang disebabkan bakteri,demam cenderung memburuk setelah beberapa hari. Itu juga, kenapa dokter selalu merekomendasikan test darah, ketika ada pasien yang demam lebih dari 3 hari dan belum kunjung stabil suhu tubuhnya.
Pengobatan Berjenjang sebagai Pilihan
Apa itu pengobatan berjenjang? Kayak sekolah aja ya pakai jenjang. Ini versi saya lho, jadi jenjang pertama adalah menggunakan obat luar, misalnya bumbu dapur atau minyak gosok, kalau tidak ada perkembangan baru jenjang berikutnya yakni obat oral yang aman (lingkaran hijau). Dua cara sudah dilakukan dan kondisi anak tidak membaik juga, lekas kunjungi tenaga medis terdekat.
Dalam kondisi sehat, temperatur normal tubuh manusia berkisar antara 36,5 dan 37 derajat celcius. Tapi, karena suatu hal misalnya terinveksi virus atau bakteri, terlalu capek, atau bahkan saat kurang minum, bisa jadi suhu tubuh akan naik. Begitu pula yang dialami anak-anak.
Modal pertama tentu saja selalu standby termometer badan, karena pemeriksaan melalui rabaan tangan seringkali kurang akurat.
Biasanya, saat suhu tubuh sekitar 37,5-38 derajat anak sudah mulai agak rewel, alarm kalau tubuhnya sedang tak nyaman. Untuk tahap ini, saya menggunakan obat-obatan tradisional/luar dulu, seperti campuran minyak putih-bawang merah, jeruk nipis-minyak putih, atau kadang cukup membalurkan minyak kayu putih ke sekujur tubuh. Usahakan anak banyak minum, dan kemudian istirahat. Pakaikan juga baju yang tidak terlalu tebal.
Cara pertama, dan kemudian kondisi anak membaik berarti mungkin sekedar kecapekan, dehidrasi atau suhu tubuhnya naik karena gejala masuk angin. Tapi apabila terapi pertama sudah dilakukan tapi anak masih menunjukkan gejala demam, dan suhu melebihi 38,5 derajat celcius, mau nggak mau anak harus diberi obat penurun panas secara oral, parasetamol. Salah satu penurun panas dengan kandungan parasetamol adalah Tempra syrup.
Kenapa Tempra Syrup?
- Tempra Syrup mudah dibeli diapotek, dengan harga relatif terjangkau.
- Penurun panas ini, aman juga untuk lambung.
- Selain varian rasa buahnya yang pasti disukai anak, tempra syrup tak perlu dikocok, karena 100% larut
- Dosis tepat (tidak menimbulkan over dosis atau kurang dosis) asal dikonsumsi sesuai petunjuk.
Fase saat anak mengkonsumsi penurun panas inilah fase yang tak boleh luput dari pantauan. Kami, dalam hal ini saya atau pak suami akan mengecek suhu tubuh anak secara periodik. Kadang hanya butuh sekali pemberian obat penurun panas atau paling lama 3 hari, maka anak-anak sudah pulih dan kembali ceria. Tapi, pernah juga sudah lebih 3 hari anak-anak mengkonsumsi penurun panas, tapi kondisinya masih demam, dan suhu tubuh turun hanya saat ia dibawah pengaruh obat. Kalau sudah begitu, saya tak perlu menunggu lama, karena itu artinya anak membutuhkan pertolongan medis dengan segera.
Itu tadi, penanganan yang saya lakukan saat anak demam. Teman-teman punya metode penanganan yang berbeda? Share di kolom komentar yaa..
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra
hihihi sama
BalasHapusaku kalo demam juga dikasi tempra sama ibu
Wahyu juga kalo demam saya kasih tempra Mbaa 😊
BalasHapusSaya pernah punya pengalaman keponakan kejang, Mbak. Itu kejang pertama dan pas saya yang momong. Rasanya gak karuan lihat anak kejang samapi mukanya biru. Sedihhh banget lihatnya. Syukur alhamdulillah anak saya tidak mengalami hal serupa. Kalau panas pun Tempra andalan saya.
BalasHapusSama dong aku juga selalu sedia obat turun panas untuk berjaga-jaga, betul anak-anak sangat rentan terkena demam penyebanya ya bisa karena kelelahan atau juga dehidrasi kurang cairan
BalasHapusIyaa mba klo anak demam tuh rasanya duuh. Ikutan sakit ya. Moga sehat2 ya mba smuanya. Klo udah 3 hr lebih biasanya br cek dokter
BalasHapusSaya juga gitu, biasanya dipantau suhu badannya, kalau lebih sehari masih demam dan tinggi biasanya langsung saya kasih sirup penurun panas. Wajib ada di rumah karena kalau sewaktu-waktu anak demam gak panik harus bagaimana.
BalasHapusnah iya. anak sehat itu kebahagiaan ortu yang besar banget.
BalasHapusTerimakasih mbak informasinya, nanti saya rekomendasikan sama ayuk saya yang punya anak kecil. kalau saya belum punya, lagi nyari si dia dulu , heeheee
BalasHapusWaktu anak-anak masih kecil rasanya berat banget kalau sakit. Begadang itu sudah pasti. Tidur tak menentu. Yang penting kudu sedia obat deh dan jaga stamina.
BalasHapusquotenya bener banget mba... apalagi kalo anak-anak sakitnya barengan dan di rumah cuma sama anak-anak saja...duuuh rasanyaaaa...
BalasHapussemoga anak-anak kita selalu diberi kesehatan...
Iya termometer sangat penting mbak Sulis, sejak Vani lahir saya sudah beli termometer buat jaga-jaga kalau dia demam. Saya dulu juga memberikan Vani Tempra kalau demam atau kalau demamnya mendadak dan tidak ada persediaan obat penurun panas, saya langsung bawa ke Bidan :)
BalasHapusWah iya pengobatan berjenjang ini ya. Mulai dari minum air hangat, dikasih madu plus dikerok juga kalau saya, haha... Nggak lupa harus minum obat juga karena memang di rumah kami, kalau belum minum obat agak lama sehatnya. Terutama anak2 ya. Tempra juga dikonsumsi anak2nya tante kok kalau pas lagi demam.
BalasHapusTempar ini bagus gak ya untuk orang dewasa?
BalasHapusDemam memang bikin waswas ya.. Kali aja ada penyakit lain yg menyertai. Itu yg biasanya bikin takut
BalasHapus