BATAS, Film lama, Tapi Sukaaa!

20 komentar

Gara-gara kuota internet malam yang sering numpuk-numpuk dan sayang klo nggak termanfaatkan, kadang kalo lagi males untuk nulis atau bahkan untuk mbacapun lagi males juga (ya ampunn..saya kok pemalas banget), aktivitas favorit saya pas dini hari adalah cari-cari film di youtubeGo. Kadang langsung tonton, kadang save dulu, liatnya ntar sambil setrika --dan kemudian setrikanya ga kelar-kelar😊😊

Sejak jaman dahulu (ha..ha, kayak judul filmnya anak2) saya sukanya liat film nasional. Biar nggak repot mbaca subtitle. Genrenya, suka yang drama. Pokoknya yang gak ada adegan tembak-menembak, minim kekerasan, dan bukan film horor. Paling suka drama romantis tapi yang realistis. 

Penelusuran dari satu film ke film lain, hingga kemudian saya tertarik dengan judul film BATAS

Iya, Ini Film Lama

Dalam menikmati sebuah film, urusan film baru atau lama, buat saya nggak  begitu penting. Beda dengan berita yang sisi aktualitasnya memang harus dikedepankan. Kayak mbaca cerita fiksi intinya, mau buku baru atau buku lawas, kalau memang isinya bagus, suka, ya ga masalah. Film 'Batas' sendiri dirilis  pada Mei 2011, dan merupakan film besutan Rudi Soedjarwo, sutradara yang nggak perlu diragukan lagi kemampuannya. Seperti kebanyakan film-film nasional, film inipun juga merupakan adopsi dari sebuah novel dengan judul yang sama, karya Akmal Nasery Basval.

Karena film yang sudah lumayan lama, bintang-bintang yang ada dalam 'Batas' pun juga bisa dikategorikan senior. Marcella Zalianti (Jaleswari), Arifin Putra, Ardina Rasti, Jajang C. Noer, Piet Pagau, dan banyak lagi aktor lainnya.

Sinopsis



Film 'Batas' mengambil setting di Jakarta (sedikit sekali) sementara porsi terbesar adalah berlatar belakang  kehidupan masyarakat suku Dayak di Pontianak, Kalimantan Barat.

Film dibuka dengan adegan  seorang perempuan (Adina Rasti), yang berusaha lari dari kejaran dua laki-laki dewasa di tengah hutan. Kalau dari gelagatnya, sepertinya hendak diperkosa. Untungnya, datang beberapa pemuda, yang kemudian menolongnya --salah satunya, Arif (Arifin Putra). Sang Perempuan pingsan, dibawa ke kampung terdekat, dirawat oleh seorang ibu, Nawara (Jajang C Noer). Diceritakan kemudian, perempuan tadi mengalami depresi, bahkan namanya pun ia tak ingat, dan kemudian diberi nama Ubuh.

Adina Rasti sebagai Ubuh
Di sisi yang lain, ada perempuan kota  --Jaleswari ( Marcella Zalianti) yang barusan datang ke Pontianak. Ia merupakan utusan sebuah perusahaan yang bertugas melakukan riset, karena program CSR bidang pendidikan  perusahaan di kantornya selalu gagal, guru yang dikirim selalu berakhir tidak betah.

Medan jalan yang masih sulit, mobil jemputan yang mengalami ban kempes, hingga obrolan antara sopir-Jaleswari tentang bahaya nabrak babi bagi pengguna jalan..merupakan awal ketertarikan saya untuk terus menikmati film ini sampai akhir. "Pasti akan banyak lokalitas-lokalitas yang akan ditampilkan di film ini," batin saya. Dan ternyata memang benar.

Ban mobil yang kempes, mengenalkan Jaleswari dengan Arif. Kemudian ia bertemu dengan Adeus, pemuda asli yang juga memiliki kepedulian terhadap pendidikan, Borneo, bocah pemberani, cucu Panglima, sang Ketua adat.

Di ceritakan, kemudian Jaleswari tinggal serumah dengan Nawara, Borneo, dan juga Ubuh. Ada banyak hal-hal menarik dan saya suka pada bagian ini. Bagaimana Jaleswari berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi alam yang jauh dengan mewahnya Jakarta, bagaimana kemudian ia bisa berbaur dengan anak-anak setempat, dan berbagi ilmu dengan mereka, hingga kemudian ia  bisa mengambil benang merah tentang penyebab kegagalan program CSR perusahaannya.

Yang Menarik dari Film BATAS


Pemain bisa menjiwai karakternya masing-masing dengan bagus

Ya, mungkin ini nggak bisa lepas dari pemilihan aktor-aktrisnya yang hampir semuanya adalah wajah-wajah lama, dan sudah memiliki jam terbang tinggi dalam dunia acting, baik itu melalui sinetron maupun dalam film layar lebar. 

Sayasuka sosok Jaleswari yang nggak hanya cantik, tapi juga smart dan juga pemberani. Cewek idaman banget pokoknya. Ada Panglima, sang ketua adat yang berwibawa. Peran seorang polisi intelejen di daerah perbatasanpun apik dimainkan oleh Arifin Putra. Ia bisa membawakan sosok seorang pemuda yang kalem, dengan sorot mata yang tegas --meski sebenarnya ia sedang jatuh cinta.

Batas Indonesia dan Malaysia, di pedalaman Kalimantan

Lokalitas Kalimantannya Nampak Banget

Meski yang nonton bakalan orang se- Indonesia, bahkan luar negeri, tapi karena setting cerita adalah kehidupan masyarakat di Suku Dayak, makan banyak banget obrolan antar pemain menggunakan dialog bahasa daerah, yang dilengkapi terjemahan di layar.

Di film ini, sutradara juga mampu dengan apik menggambarkan kehidupan masyarakat Dayak pedalaman yang masih taat dan patuh banget dengan kepala suku. Masyarakat yang gemar mengadakan berbagai ritual upacara. Habis nonton ini, jadinya malah penasaran..dalam kehidupan nyata, kayak gitu nggak sih hidup mereka? 

Mampu Mengeksplore Bumi Kalimantan yang Cantik


Anak-anak, belajar di alam
Banyak adegan-adegan dalam film ini yang dengan sengaja memanjakan mata saya dengan view-view alam yang mempesona. Sungai-sungai Kalimantan dengan kiri kanannya masih kawasan hutan, gunung hijau, alam pedesaan yang sejuk..Ahh, cakep pokoknya .

Pokoknya, karena ini review film lawas.. bagi yang belum nonton, coba gih nonton sendiri. Siapa tau pendapat kita sama..Eh, tapi kalaupun beda, ya gak apa-apa juga sih.
Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

20 komentar

  1. nostalgia banget sama film ini..

    BalasHapus
  2. suami saya paling suka nonton film lama, kalo bagus suka diceritain ke saya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suami saya suka nya nonton film laga mba.. yang model2 tentara gitu. Nggak tlaten dia liat film drama..

      Jadi kami jarang berbagi cerita ttng filmπŸ˜”

      Hapus
  3. Sama, aku juga seneng nonton film lokal yg begini, selain yg komedi yaa. Lain2nya ga begitu suka apalagi kalo udh terlalu sadis..

    Ini prnh tau ttg filmnya, tp pas dulu muncul, aku ga bisa nonton krn sedang traveling lama. Pulang2 udh g ada :p. Kalo yg main jajang c noer, ardina rasti dan marcella, udh dipastikan bagus sih filmnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama mba Fan, Aku klo udah pake pistol, laga..atau yang model rebutan harta.. males juga mba. Suka yang eksplore alam+budaya daerah. Sedikit2 pke bahasa lokal gitu.. asyik aja liatnya.

      Hapus
  4. Balasan
    1. Iya mba. Dengan jam terbang yang dah nggak perlu diragukan lagi..

      Hapus
  5. Paling demen kalo nonton film tentang budaya daerah, walau mungkin cuma setting-nya aja. Terlepas dari daerah manapun di Indonesia ini. Iya, film mah mau baru atau lama tetap asyik ah nontonnya. Apalagi2 film2nya Alenia yang enak banget ditonton ulang2. Saya juga belum pernah nonton film ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. He eh Nit.. jadi makin tahu betapa kaya nya Indonesia. Ngerti ketimpangan2 yang ada..

      Nggak melulu film yang ngajarin gaya hidup hedon+konsumtif

      Hapus
  6. Ini film memang keren menurut saya juga, Teh. Meskipun udah lama dan udah pernah nonton juga. Tapi rasanya pengen nonton lagi. Terkadang ada keinginan nonton dua kali film yang udah lama nggak di tonton..hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup! Untung ya sekarang ada youtube.. klo kangen film2 jadul pun biasanya udah ada yang upload. Tinggal nge save aja.

      Hapus
    2. Nah itu, jadi semakin mudah. Selagi ada quota tinggal tonton dan download..he

      Hapus
  7. Ceritanya bagus dan menonjolkan wilayah Kalimantan yang masih asli ditambah pemain-pemain yang aktingnya juga bagus, klop deh film ini mbak.

    Kalau saya lebih sering nonton di TV mbak, lumayan bagus juga apalagi kalau baru pertama putar seakan nonton film baru :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau nonton di TV..iya, suka juga mba. Tapi jarang --bahkan hampir nggak pernah sampe kelar. Ada aja. Anak minta ke kamar krn udah ngantuk biasanya..atau klo nggak gitu, di tengah2 film di bajak anak2..😁

      Hapus
  8. hahah.... pagi amat Mbak buka internetnya, apa ngk ngantuk paginya : )

    memang ada kouta khusus begadang yg sulit habis klu tdk dipaksa membukanya pas jam orang masuh bobok nyenyak. :)

    Ohy Mbak Pernah coba daftar ke Google Adsense ? Blognya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang google adsense hosted udah ada..(pas masih blogspot), cuma semenjak pke domain blm..

      Hapus
  9. Kangen Kalimantan ... Hiks. Pulau yang luar biasa. Pulau yang membukakan mataku pertama kali tentang kehidupan. Banyak banget yang aku pelajari pas tinggal disana

    Tentang kesabaran salah satunya dan kecintaan terhadap bangsa ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seneng ya bisa pindah2 pulau domisilinya mba

      Kaya budaya..

      Hapus
  10. Kirain aku film lama itu film tahun 80an kayak film Suzanna, ternyata film batas produksi tahun 2011 ya.
    Aku juga sering kuota numpuk, cuma aku mah ngga pusing, biarin aja sampai hangus soalnya malas kalo bangun pagi jam 4 cuma buat download. Mending Indosat aja 1.000 dapat 1 GB 24 jam.😁

    BalasHapus

Posting Komentar