Bijak Kelola Keuangan Keluarga Menjelang Lebaran

10 komentar

bijak kelola keuangan menjelang lebaran

Ramadhan hampir separuh jalan. Faktanya, semakin mendekati lebaran, kegiatan juga mulai bergeser, dari tempat ibadah ke tempat perbelanjaan. Kalau nggak percaya, coba deh tengok pusat belanja busana muslim, dan toko busana, dan juga pusat perbelanjaan lainnya. Mulai padat!

Percaya nggak? diantara 12 bulan lainnya, Ramadhan adalah bulan yang paling konsumtif. 

Harusnya bulan ini bulan pengendalian. Yang biasanya kita makan 3 kali, di ringkas hanya 2 kali dengan sahur dan berbuka. Logikanya, harusnya biaya konsumsi lebih irit ya..? Faktanya, banyak yang nggak😊

Kalau hari biasa sudah trimo dengan makan nasi-lauk tempe-sayur  seadanya plus air putih, di bulan puasa justru banyak yang gaya konsumsinya berubah haluan. Kalau nggak jajan ga afdol. 

Ga sedikit pula, termasuk saya  kadang-kadang  yang kembali menjalani gaya hidup 'food gathering' ; ngumpulin aneka makanan, minuman, dan cemilan sebelum buka puasa, meskipun sebenarnya sadar daya tampung lambung terbatas. Endingnya, mubazir.. pos pengeluaran konsumsi pun makin menggembung bila dibandingkan bulan-bulan biasanya

bijak kelola keuangan

"Tenang ada THR...!"

Mungkin itu yang biasa digunakan sebagai tameng saat di bulan ramadhan, pengeluaran di bidang yang sifatnya konsumtif justru semakin banyak. Gara-gara ada pemasukan ekstra berupa insentif yang jumlahnya sekian kali gaji, banyak yang kemudian lupa kalau setelah ramadhan banyak juga pengeluaran ekstra. 

Bayar daftar ulang atau biaya pendidikan anak misalnya. Ha..ha malah curhat.

Soal pengelolaan  keuangan keluarga, saya sepakat banget dengan pemikiran mba Nurul Fitri, kalo perempuan itu kunci keuangan keluarga. Kalau mau keuangan keluarganya aman, ya perempuannya kudu pinter ngerem. Kalau kok ndilalah tipikal apa-apa kepengen, alamatnya bakalan bablas...bakalan besar pasak daripada tiang.

Kalau yang tlaten, sebenarnya bisa kok ngerem pola konsumsi dan gaya hidup kita, dengan bantuan aplikasi. Tinggal masukin pendapatan dan rajin catet pengeluaran. Nanti bakalan tau, larinya uang ke mana, dan porsi terbesar untuk apa. Itu berlaku untuk keluarga dengan jumlah pemasukan yang terbatas lho ya, kayak keluarga saya. Kalau sumber pendapatannya sudah mengalir lancar dan cenderung tumpah ruah...ya nggak perlu lagi  nyatet pemasukan dan pengeluaran, hanya untuk sekedar memantau aliran penggunaan dana.

Baca juga: Aplikasi Keuangan Sederhana Untuk Rumah Tangga

Berhubung dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang biasa saja, maka saya nggak mau dong ramadhan ini malah jadi pembuka pintu untuk melakukan gaya hidup yang boros nan konsumtif. Meski ada pemasukan ekstra, tetep kudu disiplin, diantaranya dengan:

Mendahulukan pos-pos pengeluaran wajib. Saya tipikal yang ga tentram klo punya utang. Berasa ada yang ngejar-ngejar. Ditambah lagi pelupa. Saya dan suami ga pegang kartu kredit sama sekali. Dibilang nggak kekinian..cuek aja.

Karena ini juga, daripada malah nanti uang yang saya pegang bablas untuk pengeluaran nggak jelas, sebisa mungkin saya bayar dulu pos pengeluaran yang sifatnya wajib. Tagihan listrik, premi asuransi, SPP anak, dan juga iuran sampah diusahakan beres sebelum tanggal 10.

Sebelum membeli sesuatu, nimbang dulu..kebutuhan, atau keinginan. Namanya ada pemasukan ekstra, pastilah tergoda saat ada barang-barang cantik di depan mata. Apalagi klo pas  senggang, trus buka-buka situs toko online, berasa iman tengah diuji😊 Tapi ya itu tadi, tetep kudu ingat...pasca ramadhan, masih punya pengeluaran ekstra. Jadi, berusaha belanja sesuai kebutuhan.

Sisihkan untuk tabungan masa depan. Masa depan di sini, bisa berarti tabungan dunia dan akhirat. Untuk keperluan hidup didunia, seberapa pun..meski itu sedikit, kalau sudah punya tabungan itu berasa ayem. Ada rasa aman. 

Makanya, sebisa mungkin saya menyisihkan pemasukan, meski sekecil apapun. Termasuk juga untuk tabungan akhirat. Bukankah bulan Ramadhan bulan yang paling baik untuk berbagi? Walau cuma terlihat sepele, menyisihkan budget untuk menyediakan takjil atau memberi snack pasca tadarus misalnya.


Sebagai manager rumah tangga, siapa sih yang nggak mau kondisi keuangannya aman terkendali. Saya yakin, asal niatnya kuat..semua perempuan bisa kok!

#KEBloggingCollab
Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

10 komentar

  1. Memang perlu sekali mengelolah keuangan saat kita mempunyai uang lebih / uang pas2an, Namun ketika Belanja saat Perut sedang lapar terkadang sering ke bablasan Mbak, apalagi uang yang dibawa adalah uang THR, biasanya langsung ludess....hehehe. :)

    BalasHapus
  2. kalau saya pribadi, lebih hemat saat ramadhan nih mbak, kan saya ngekos nih, jadi makan beli d luar. kalau bulan biasa makan 3 x sehari, sering diajak makan di cafe, kalau ramadhan ini enggak. makan cuma 2 x, terus teraweh, hehe, jauh lebih hemat

    BalasHapus
  3. kalau saya pribadi, lebih hemat saat ramadhan nih mbak, kan saya ngekos nih, jadi makan beli d luar. kalau bulan biasa makan 3 x sehari, sering diajak makan di cafe, kalau ramadhan ini enggak. makan cuma 2 x, terus teraweh, hehe, jauh lebih hemat

    BalasHapus
  4. kalau saya pribadi, lebih hemat saat ramadhan nih mbak, kan saya ngekos nih, jadi makan beli d luar. kalau bulan biasa makan 3 x sehari, sering diajak makan di cafe, kalau ramadhan ini enggak. makan cuma 2 x, terus teraweh, hehe, jauh lebih hemat

    BalasHapus
  5. Kebutuhan dan keinginan seakan-akan menjadi hal yang tabu bagi kita hehe, seringkali kita tertipu dengan keinginan, akhirnya menyesal karena kebutuhan menuntut, sok keren aja kata-kata gua hehe

    BalasHapus
  6. Bulan ramadhan emang kadang malah bisa lebih boros, padahal makannya lebih jarang. 😑
    Penampilan jajanan saat mau berbuka emang terlalu menggoda.

    BalasHapus
  7. Aduh sentilan keras inih hihihi
    Pengenku emang 75% masuk tabungan, secara ganti biaya2 yg hilang pasca lahiran...
    Tapi kadang uda niat pas pulang kampung ada aja hal2 ga terduga yg musti digelontorkan atas nama membahagiaksn keluarga besar hoho

    BalasHapus
  8. THR lagi otw nih, alhamdulillah saya sudah bikin hitung2annya seperti poin poin di atas biar nggak bablas uangnya :D

    BalasHapus
  9. Bener juga, ya...Bulan Ramadhan itu bulan yang paling konsumtif. Kayaknya banyak sekali kebutuhan yang ingin dibeli.Kita harus sebijak mungkin mengatur pengeluarannya ya, Mak..

    BalasHapus
  10. Menjelang hari raya gini makin banyak pengeluaran, jadi harus pandai mengelola keuangan.

    BalasHapus

Posting Komentar