"Bu...besok Selasa aku ulangan IPS, trus Rabunya ulangan PAI sama kemuh "(kemuhammadiyahan maksudnya) kata sulung saya sepulang dari sekolah.
Ya..gitu, klo mau ada ulangan, Raka memang laporan. Lantas saya yang akan nglingkari kalender, atau nulis catatan untuk saya "paku" di stereofoam yang tergantung di dinding, sebagai reminder. Klo nggak begitu, kemungkinan besar lupa menjelang hari H.
Saya yang kadang lupa ngingetin untuk belajar mata pelajaran tersebut, atau Raka yang kelewatan juga...abis ngerjain soal mapel lain, lantas nonton tv atau tidur.
"Raka ki kesel lho....esuk mangkat....bali sore.." Ujar Pak Suami beberapa hari lalu.
Iya juga. Berangkat pukul 06 pagi karena ada pendalaman materi di pagi hari, dan 3 hari dalam seminggu mesti balik menjelang maghrib karena ada les tambahan. Tapi mau gimana lagi? Memang sudah kelas 6. Kelas penghujung sekolah dasar yang nantinya bakal ketemu UN, dan hasil UN lah nanti yang bakal dipakai sebagai modal utama masuk SMP.
Beda banget yaaa kalau dibandingkan dengan masa-masa kelas 6 jamannya saya dulu. Belajar paling kalau mau THB doang😊
Yaa...mungkin slogan "Dulu ya dulu..sekarang ya sekarang memang berlaku untuk kasus ini.." Materi pelajaran anak SD sekarang jauh lebih "berat" guys!
Ini fakta banget. Berat untuk ukuran orang tua yang space otaknya udah kebagi-bagi untuk banyak hal, tapi kalau bagi anak, bisa jadi biasa-biasa aja.
Jadi kalau pas menemani Raka belajar, saya sering geleng-geleng kepala sambil mikir, "perasaan saya dulu belajar ginian sudah SMP atau SMA..ini SD sudah diminta menguasai materi ini. Misalnya, materi FPB, KPK, akar pangkat 3, perbandingan bertingkat untuk mapel matematika, seingat saya itu materi jaman SMP. Ada lagi, materi pemerintahan pusat dan daerah, itu pelajaran jaman saya SMA, sekarang sudah masuk materi SD di pelajaran PKN.
Huft..untungnya sekarang ada Brainly, youtube, dan juga google yang beneran bisa diandalkan kalau anak maupun Ibunya lagi kebingungan dengan materi belajar.
Satu lagi aral melintang di depan mata. dengan penerimaan siswa baru bersistem zonasi, persaingan di tingkat lokal semakin besar. Kalau dulu, lulus, dapat nilai lantas dengan leluasa bisa memilih SMP Negeri sesuka selera, dimanapun saja, mau lintas kabupaten ndak masalah. Sekarang ada sistem zonasi yang sudah diterapkan 2 tahun terakhir kalau nggak keliru
Konon, sistem ini dipakai dan digadang-gadang sebagai satu solusi untuk menciptakan pemerataan kualitas pendidikan. Namun sistem penerimaan sistem zonasi memang berimbas pada beberapa konsekuensi.
Di level SMPN, berlaku skor +2 untuk pendaftar yang termasuk satu zona, dalam kabupaten yang sama, +1 untuk pendaftar luar area zonasi, tapi masih dalam 1 kabupaten, atau skor tetap dan hanya dapat jatah 10% dari total daya tampung, apabila milih SMP di luar zona, dan luar kabupaten. Nah..paling beruntung memang mereka-mereka yang tinggal di area SMP-SMP yang selama ini dicap favorit.
Konon, sistem ini dipakai dan digadang-gadang sebagai satu solusi untuk menciptakan pemerataan kualitas pendidikan. Namun sistem penerimaan sistem zonasi memang berimbas pada beberapa konsekuensi.
Di level SMPN, berlaku skor +2 untuk pendaftar yang termasuk satu zona, dalam kabupaten yang sama, +1 untuk pendaftar luar area zonasi, tapi masih dalam 1 kabupaten, atau skor tetap dan hanya dapat jatah 10% dari total daya tampung, apabila milih SMP di luar zona, dan luar kabupaten. Nah..paling beruntung memang mereka-mereka yang tinggal di area SMP-SMP yang selama ini dicap favorit.
Jadi setelah lulus SD, Raka memang kami beri kesempatan untuk milih mau lanjutin model SMPIT+ ponpes (kemarin sempat survai MBS) atau sekolah negeri. Dia milih mau lanjut sekolah negeri.
Oke, tapi harus benar-benar berusaha untuk milih SMP negeri yang track-recordnya bagus. Pasang target, SMP 1 Sleman. Dan untuk kesini modalnya satu, nilai UNnya mesti tinggi. Dan ini yang lagi diperjuangkan😊
Caranya?
Caranya?
- Banyak berlatih. Ini yang dibiasakan di sekolah, apalagi di kelas 6 ini. Di bimbelpun juga diterapkan gerakan empati, (minimal) empat soal latihan UN, permapel, perhari.
- Pasang target. Ini semacam tujuan yang hendak kita capai, atau sasaran saat kita belajar olahraga panahan atau olahraga tembak. Tujuannya, tentu saja agar usaha menyesuaikan dan lebih terfokus.
- Berdoa. Usaha, akan lebih sempurna jika diiringi doa, semoga dilancarkan, dan dimudahkan.
Sepakat sama Bulik Via Vallen aja yaa Ka, Tetap fokus kita kejar dan raih bintang. Good luck my Son!
Baca kata Brainly, saya jadi ingat sewaktu ngajarin si adek saya untuk mengisi test tertulis dahulu.Tapi saya masih belum yakin apa si Brainly ini jawabannya benar semua yach...
BalasHapusNggak tau juga sih...bener semua pa nggak .Biasanya aku cross cek ulang juga .
HapusBacanya ikut ngos-ngosan aku. Barokallahu fii Raka. Semoga dapat masuk SMP idaman.
BalasHapusAamiin mba...terimakasih ..
BalasHapus