Media Sosial; Bisa Jadi Gancu, Bisa Juga Jadi Candu

2 komentar

Tahu gancu? Pernah melihat karung, atau kemasan suatu produk dan bertuliskan  'jangan digancu?' 

Secara kamus, gancu berarti galah yang berpengait. Bentuknya mirip kail, tapi ukurannya besar. Fungsinya untuk mempermudah dalam membawa/mengambil sesuatu.

Dalam pertanian tradisional, gancu bisa juga sebutan  untuk tongkat berkait, yang digunakan untuk melecut atau menggiring ternak, biasanya sapi atau kerbau.

Sementara candu? Semua pasti tahu. Kata candu identik dengan sesuatu yang menghanyutkan, membuat terlena, bahkan sampai lupa.

Kadang bisa menjadi Gancu, dan kadang bisa menjelma sebagai candu. Itulah media sosial. Bisa jadi ia menjadi alat yang membawa beragam manfaat, tapi bukan tidak mungkin ia menjadi sesuatu yang bersifat merusak. Tentu saja, kalau ia digunakan secara salah, tak semestinya.




Secara benar, kehadiran media sosial pada dasarnya memiliki 4 fungsi pokok yakni 

Sarana Komunikasi
Inilah sebenarnya fungsi dasar dari kelahiran aneka media sosial selama ini. Yup, memberikan banyak pilihan kepada masyarakat untuk bisa saling tersambung dan terhubung. Bayangkan saja pada masyarakat tradisional dimana alat komunikasi masih sangat terbatas. Untuk menyampaikan pesan, mereka harus bertemu secara langsung, atau menggunakan media surat yang membutuhkan waktu berhari-hari untuk sampai. Berbeda jauh dengan masyarakat modern. Dengan mengandalkan "kekuatan" sosial media, dalam hitungan detik, pesan sudah tersampaikan kepada penerima.

Sumber Informasi
Kita pernah berada pada suatu masa dimana sumber informasi sangat terbatas. Sekarang, dengam satu gerakan jari, satu sentuhan pada tombol share, sebuah informasi akan langsung menyebar secara cepat, dan bukan tidak mungkin menjadi viral.

Media Sosial juga Bisa Membuka Peluang Usaha
Sudah tak terhitung lagi banyaknya usaha yang bisa berkembang pesat, berkat promosi melalui media sosial. Instagram, facebook, Youtube, maupun Whats App dianggap sebagai media yang paling banyak digunakan pelaku usaha untuk mendukung konsep pemasaran yang mereka miliki. Sebagai konsekuensinya, media sosialpun melahirkan banyak profesi-profesi baru seperti content creator, blogger, youtuber, dan juga buzzer.

Media Sosial sebagai Media Untuk Membangun Relasi
Ia mampu mengumpulkan balung pisah, tulang yang berserak. Misalnya saja facebook. Dengan megetikkan sebuah nama saja di kolom pencarian, ia akan mampu mempertemukan teman, sahabat, atau saudara yang telah berpisah sekian lama.

Ia bahkan bisa menjadi semacam jembatan, yang seolah meniadakan ruang dan waktu. Banyak kan, cerita nyata di mana dua orang yang awalnya tidak mengenal satu sama lain, akhirnya dipertemukan melalui jejaring dunia maya. Menengok peranan media sosial seperti di atas, mulia banget kan fungsinya media sosial itu. Dan itu benar-benar sesuatu yang mesti kita manfaatkan.

Lalu, bagaimana kriteria media sosial yang justru dianggap menjadi candu?
  • Ketika ia justru melahirkan masyarakat yang tidak produktif, gara-gara terlalu sibuk bersosialisasi di dunia maya. Ini merupakan ancaman serius, dan bisa jadi menjangkiti semua umur dan semua lapisan masyarakat. 
  • Ketika media sosial justru digunakan untuk melakukan hal-hal yang jelas dilarang norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Pornografi misalnya.
  • Ketrampilan dan keahlihan bermedia sosial, justru dimanfaatkan untuk melakukan hal-hal yang merugikan orang lain (cybercrime) seperti carding, phising, dan spamming.
Mau memanfaatkan media sosial sebagai gancu yang memiliki banyak manfaat, atau membiarkannya sebagai candu, itu pilihan. It's in your hand!

Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

2 komentar

  1. Medsos itu paling banyak membernya di negara2 berkembang. Di negara maju biasa aja. Malah anak2 bos2 silicon valley nggak diijinkan punya gadget smp dewasa, termasuk anak bill gates yg mau married & mark. Mereka paham benar racun candunya bagaimana, lha mereka yg nyiptain. Di negara ini, orok baru lahir ceprot udah dibikinin akun medsos :(

    BalasHapus
  2. Beneran sih emang tulisan mbak Sulis.. Medsos bisa jadi Gancu bisa juga Candu. Di Taiwan sedikit yang pakai medsos mbak..Kebanyakan mereka justru main game. Kayaknya emang bener, cuma negara berkembang seperti Indonesia ini yang mainnya medsos..

    BalasHapus

Posting Komentar