3 Kota 3 Cerita

1 komentar
Pernah suatu hari saya ngerasa iri  kepengen lebih tepatnya  dengan seorang  teman, yang  domisilinya berpindah-pindah, dari satu kota ke kota lain. Tahun ini di propinsi A, besok bisa langsung pindahan di propinsi C. Bukan kemauan dia juga sebenarnya, lebih karena pekerjaan sang suami yang sifatnya mobile. Saya mikirnya, enak ya..bisa mendapatkan pengalaman baru, teman baru, mengenal budaya baru. Pokoknya, enaknya saja yang saya pikirkan. 


Tahun 2004
Baru kemudian saya berfikir ulang, kalau hidup itu sebenarnya sawang-sinawang. Apa yang bagi kita kelihatannya enak, belum tentu enak pula buat yang menjalani.  Saya lupa memikirkan betapa repotnya pindahan rumah, mindahin anak sekolah, dan saya nggak kepikiran kalau proses adaptasi itu kadangkala tak semudah membalik telapak tangan. 

Pindah domisili, artinya harus adaptasi dalam banyak hal; bahkan yang paling terlihat sepele, rasa masakan. Jadi ingat dulu ada teman dari Sulawesi yang merasa tersiksa gara-gara makanan Jogja yang berasa manis semua.

So, saya mesti bersyukur kemana jalan hidup membawa langkah saya. Memang tak banyak kota yang pernah saya singgahi, tapi paling tidak ada cerita yang akan terus saya simpan.

Yogyakarta
Bagi saya jogja sangat istimewa. Durasi hidup paling lama dinikmati di kota Gudeg. Disinilah saya lahir, sekolah, menikah, punya anak dan akhirnya menetap. Kalaupun pindah, sebatas lintas kabupaten, dari Bantul ke Sleman. Tidak ada kendala berarti yang saya alami, paling awal-awal saja saya sempat mengalami cultural shock; karena ada beberapa tradisi dan budaya yang agak berbeda dengan tempat kelahiran saya sebelumnya.

Klaten
Masih tidak begitu jauh dari Yogyakarta, tapi Klaten pernah mengukir sebuah kenangan dalam perjalanan usia saya. Diakhir tahun 2001, Program kampus (KKN) membawa saya ke salah satu Desa di Kecamatan Gantiwarno, Klaten. Bersama dengan 7 teman lintas jurusan dan lintas fakultas selama 3 bulan saya berbaur bersama warga. Tidak hanya berusaha memahami  7 kepribadian yang berbeda, selama 3 bulan itu saya belajar hidup berjauhan,  (lebih) mandiri dan tidak selalu tergantung dengan orang tua.


Foto jaman KKn, akhir 2001

Bali
Bali adalah kota ketiga yang sempat saya tinggali. Tidak lama juga, sekitar 3 bulanan ketika  pekerjaan memberi kesempatan saya untuk belajar pada sebuah perusahaan media yang ada di sana. Waktu itu, saya bersama 10 orang teman dari Jogja.  Tiga bulan, pastinya akan menciptakan banyak cerita tak terlupa, entah itu suka maupun duka.  Peristiwanya sudah lama, tapi saya selalu tersenyum saat mengingatnya. 

Hanya tiga, tapi buat saya itu cerita berharga. Kamu sendiri, punya cerita istimewa tentang tempat-tempat yang pernah kau tinggali?

Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

1 komentar

  1. Pingin deh mukim di jogja juga, secara pendidikn di sini terjamin hiks
    Lingkungannya jg adem ayem

    Tp tanah di jogja uda mahal pol menyamai ibukota

    Tp nek pindah2 pas mangsane bocil2 sekolah rempong juga y mb lis

    BalasHapus

Posting Komentar