"Beri saya alasan, hingga saya harus merestui kamu menikahi putri saya!"
"Karena Nania memberi motivasi untuk maju. Saya mencintai Nania dan InsyaAllah saya akan menjaga Nania seumur hidup"
Jawaban mantap, yang membuat siapapun yang mendengarnya luluh. Itulah jawaban Rafli, ketika Pak Wirawan menantang keseriusannya untuk menikahi Nania, putri bungsunya.
**
Mengaduk-aduk emosi penontonnya. Itulah kesimpulan saya setelah menonton film Cinta Laki-Laki Biasa ini, dini hari tadi. Wait, ini film baru? Indonesia ya?
Yup! Cinta Laki-Laki Biasa merupakan salah satu film nasional kita, besutan Starvision, bergenre drama-romantis, dan dibintangi Velove Vexia (Nania), Dave Mahenra (Rafli) Ira Wibowo (Ny. Wirawan), Dini Aminarti, Donita, Nino Fernandez, Dewi Yull, dll. Sayangnya, ini bukan film baru, karena faktanya film ini dirilis Desember 2016 lalu. Maklum, saya liatnya juga nggak di bioskop kok, streaming doang, pake iflix, manfaatin kuota malam๐
Kebetulan pas semua kerjaan udah kelar.
Pas semua lagi tidur nyenyak
Pas lagi butuh me time
Ya udah, streaming film aja. Biar bisa nonton dari awal sampe akhir, nggak kepotong.
Bahagia emak-emak itu kadang receh
Film udah lama dirilis, ngapain dibahas, udah masuk sejarah dong? Nggak, karena menurut saya, karya film itu timeless, bisa dinikmati kapan saja, Saya yakin kok, banyak yang senasib -- tidak sempat atau terlewat begitu saja, saat sebuah film baru dirilis. Jadi, yang berlaku adalah, film baru = film yang belum pernah ditonton sebelumnya. ๐
Pemain Cinta Laki-Laki Biasa, image : wikipedia |
Baca juga : Batas, Film Lama Tapi Sukaa!
Sinopsis "Cinta Laki-Laki Biasa"
Tersebutlah seorang gadis cantik dari keluarga kaya, Nania Dinda Wirawan. Diceritakan, mahasiswi teknik arsitektur semester akhir ini tengah berstatus sebagai mahasiswi Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada sebuah perusahaan pengembang.
Adegan-adegan yang menceritakan hari pertama Nania saat masuk kantor, berasa "film Indonesia" banget. Gampang ditebak. Jalan terburu-buru, tabrakan, barang jatuh berserakan dan kemudian datang pria yang membantu beres-beres. Dan ternyata (ini gampang ditebak pula), pria tampan bernama Muhammad Rafli Imani/Rafli itu adalah seorang Pengawas Pelaksana Lapangan proyek pembangunan rumah sederhana yang juga sekaligus mentor bagi PKLnya Nania.
image: 21cineplex.com |
Sifat Rafli yang jujur, sederhana, dan juga taat beribadah, mau tak mau mencuri perhatian Nania. Sementara, meski berasal dari keluarga berada, Nania memiliki pembawaan sebagai gadis yang mandiri, membumi, dan juga pintar.
Sosok pria yang santun, cerdas dan sederhana, mampu dilakonkan dengan apik oleh Dave Mahenra. Dalam bahasa saya, Rafli di sini digambarkan cowok yang pinter, sholeh, tapi tetep gaul. Cowok idaman banyak perempuan lah. "Unik" kalau dalam bahasanya Nania.
Sementara Nania ini juga gadis langka sebenarnya; cantik, kaya, berprestasi, dan memiliki kepedulian tinggi.
Pada awalnya, yang terjadi antar Rafli-Nania, baru sebatas kedekatan. Terlebih, posisi Nania saat itu yang tengah didekatkan oleh pihak keluarganya dengan dr. Tyo, yang secara itung-itungan finansial lebih menjamin masa depan.
Belum ada komitmen antar Rafli-Nania, maupun Nania-Tyo, bahkan setelah Nania bekerja sebagai arsitektur, dan Rafli sudah berhasil memiliki rumah pribadi.
Image : 21cineplex.com |
Hingga kemudian Rafli memiliki keberanian untuk datang ke tempat kerja Nania dan membawakannya tiga tangkai mawar putih sembari berkata "Ini bunga buat kamu, dari halaman rumah aku". Di kesempatan yang sama, Rafli mengajak Nania untuk bertaaruf.
Sampai detik tersebut, film dengan total durasi 1 jam 42 menit itu masih bisa membuat penontonnya tersenyum-senyum. Belum ada konflik. Kalau yang sudah menikah atau punya anak, yaa...palingan cuma jadi nostalgia jaman masih muda dan jaman-jaman jatuh cinta.
Perjuangan baru di mulai saat mereka berdua berusaha meyakinkan keluarga Nania kalau limpahan materi bukanlah segalanya. Berawal dari Nania yang mengalami pendarahan, sampai ke sebuah kecelakaan yang mengakibatkan Nania mengalami amnesia.
Image: 21cineplex.com |
Pada fase ini, air mata saya sebagai penonton benar-benar tumpah. Kagum dengan kesabaran Rafli, sekaligus bertanya dalam hati, "Ada ya sosok laki-laki seperti ini dalam kehidupan nyata? Kalau ada, beruntung banget yang bisa menemukannya "
Lalu endingnya, sad atau happy? Coba deh liat sendiri. Yang jelas saya suka film ini karena:
- Alurnya gampang dipahami. Ada kan film yang alurnya maju-mundur, jadi yang nonton masih punya PR untuk nyambung-nyambungin jalan cerita.
- Cerita dramanya itu ga kejam. Jadi meski di sini ada semacam perebutan cinta Tyo-Nania-Rafli, tapi ketika ada pihak yang harus ngalah, nggak sampai balas dendam macem di sinetron. Nggak ada adegan berkelahi, apalagi tembak tembakan pakai senjata.
- Drama romantis, tapi bersih kok dari adegan-adegan "dewasa". Paling gandeng tangan sama pelukan. Jadi aman untuk ditonton semua umur.
- Setting pengambilan gambarnya bikin yang lihat berasa damai. Adem. Rafli diceritakan berasal dari daerah Pengalengan. Damainya pedesaan, hijaunya kebun teh, banyak mendominasi film ini pas bagian akhir.
- Pesannya tersampaikan. Sesuai judul, pesan moral yang ingin disampaikan film ini adalah bahwa kebesaran cinta, kesabaran, akhirnya bisa mengalahkan segalanya. Harta itu memang penting yaa, tapi bukan segalanya.
Versi Cerpen sama Film, Bagusan Mana?
Seperti beberapa film nasional lainnya, skenario Cinta Laki-Laki Biasa ditulis berdasarkan cerpen berjudul sama, karya Asma Nadia. Saya sudah baca cerpennya juga, dan ternyata ada beberapa improvisasi ketika itu digubah dalam bentuk film layar lebar.
Ada beberapa yang jalan ceritanya dibuat berbeda, tapi pesan utamanya masih sama. Tapi kalau suruh milih..lebih asyik versi filmnya. Teman-teman udah nonton.. kalau belum, tonton gih!
Wah aku jadi penasaran nih mau nonton juga ah nanti hehe
BalasHapusKok aku jadi penasaran juga yah, kayaknya filmnya romantis banget
BalasHapusBener banget ceritanya memang bagus banget aku sudah lihat kok hehe
BalasHapusBetul banget, setuju sama Bunda film yang baru adalah film yang belum pernah ditonton hehe
BalasHapusTerkadang saya juga gitu kok Bunda hehe. Streaming an :D
BalasHapusMasyaallah, udah malam masih sempat streaming ya mbak.. saya malam, udah tepar aja abis main sama anak T.T
BalasHapusAku juga sudah nonton mba, memang berbeda antara versi novel dengan filmnya. Kalo saya lebih suka versi cerpennya, lebih dapet pesannya :)
BalasHapus