“Nggak usah main tanah lah dek, nanti kotor....takutnya cacingan”
“Jangan hujan-hujanan.....kalau pilek gimana...?”
Sebagian ibu bisa jadi akrab dengan rangkaian kalimat tadi. Kadang kalaupun beda template paling sedikit aja, tapi pada intinya tetap sama, yakni melarang anak melakukan apa yang ia mau, dengan alasan “demi kebaikan mereka." Daripada kotor, daripada sakit.
Tapi serius.......itu demi kebaikan anak-anak? Hmm..perlu dipikirkan ulang sepertinya🤔
Demi ibu sih iya, karena baju yang kotornya parah akan menambah kerepotan Sang Ibu saat mencuci, dan melihat anak yang rewel saat sakit itu, benar-benar kondisi yang tidak menyenangkan. Hayo..ngaku....😊😊
Sekitar 10 tahun silam, saya pernah melakukan kesalahan itu. Saya cenderung membatasi kemauan eksplorasi si sulung. Bukan melarang sama sekali juga sebenarnya, tapi saya sering terlalu khawatir saat ia terlalu lama berada di tanah, tidak mengijinkannya saat ia merengek minta main hujan-hujanan barang sebentar. Alasannya, takut nanti sakit, karena saya tahu ia gampang sakit waktu itu.
Efeknya, sulung saya tumbuh dengan pembawaan pemalu dan sering saya lihat ia cenderung ragu-ragu. Tingkat percaya dirinya kurang. Ya, bisa jadi, itu karena dahulu dalam beberapa hal, saya sering membatasi gerak dan keingintahuannya.
Pada anak ke dua, yakni Alya, saya menerapkan strategi yang berbeda. Saya cenderung melepaskan, meski bukan berarti tanpa pengawasan. Saat mengasuhnya, saya meminimalisir mengatakan jangan, dan belajar untuk lebih percaya diri untuk mengatakan “Iya Boleh...” ke anak. Yang penting saya memastikan ia tahu benar apa yang akan ia lakukan, dan apa akibatnya. Kedua, si bocah posisinya aman, dan ketiga sebisa mungkin saya terlibat saat si anak tengah berekplorasi.
Dan saya amati –bukan bermaksud membandingkan dua anak, tapi memang beda. Sedari kecil, si adek tumbuh lebih pemberani dan percaya diri.
Ketika Dancow mengkampanyekan gerakan ‘1 juta Iya Boleh’ kepada semua orang tua Indonesia untuk tanpa ragu mengatakan “Iya Boleh” kepada anak agar si kecil lebih bebas bereksplorasi, maka tanpa ragupun saya turut menjadi bagian dari satu juta orang tua, yang akan berusaha untuk meminimalisir kata jangan, dan dengan yakin mengatakan “Iya Boleh” ke anak.
Bertemu Teman, dan Bersenang-Senang di ‘Iya Boleh’ Camp Dancow
Saya dan beberapa teman blogger yang diberi kesempatan untuk mengikuti Dancow "Iya Boleh' Camp Jogja |
Sabtu, 6 April lalu merupakan hari istimewa buat saya dan juga Alya, karena di hari tersebut kami dan juga beberapa teman blogger Jogja berkesempatan untuk datang di pembukaan acara ‘Iya Boleh’ Campnya Dancow. Sejak pagi, tak sabar ia menanti dan terus bertanya, “Bu...nanti di sana aku ketemu banyak teman kan? Aku boleh main kan?”
“Iyaa...nanti ada anaknya temannya Ibu. Kamu mainan sama mereka. Ibu belajar, kamu mainan. Ok” Kata saya.
“Iyaa...nanti ada anaknya temannya Ibu. Kamu mainan sama mereka. Ibu belajar, kamu mainan. Ok” Kata saya.
Digelar di Jogja City Mall Jogja, Dancow ‘Iya Boleh’Camp tidak hanya menyasar segmen anak-anak, tetapi juga bisa sekaligus dijadikan ajang belajar para orang tua karena ada juga sharing-session yang menghadirkan para expert, diantaranya dr. Ayu Kusuma Dewi, M.Si, SP.GK dan juga Tri Novita Herdalena S.Psi, Psikolog, CPC.
booth-booth yang tidak hanya membuat anak betah untuk berlama-lama, tapi juga bermanfaat untuk menstimulasi anak |
Jadi sementara saya mengikuti sharing –session, Alya bergembira-ria bersama teman-teman barunya di beberapa booth yang tersedia. Booth-booth ini tentu saja bukan sekedar area bermain semata, tetapi juga bisa dijadikan media untuk mengasah kecerdasan anak-anak, seperti kemampuan psikomotorik, melatih empati, kreatifitas, kecerdasan, dan lain-lain.
Kembali ke materi diskusi parenting, menurut dr Ayu, memang saat anak bereksplorasi, ada banyak tantangan penyakit yang mungkin bisa menganggu, seperti ISPA dan juga diare. Nah, disinilah pentingnya peran nutrisi dan asupan probiotik seperti Lactobacillus Rhamnosus, yang telah terbukti mampu menurunkan resiko infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran cerna, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara dari sisi psikologis, Psikolog Tri Novita lebih menyorot tentang peran orang tua untuk mempersiapkan anak-anak dengan berbagai kecakapan yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam kesempatan yang sama, sebagai bentuk perayaan atas keberhasilan Gerakan “1 juta Iya Boleh” yang dalam tempo sekitar 2 bulan sudah berhasil mengumpulkan lebih dari 1 juta ‘Iya Boleh’ dari orang tua di seluruh Indonesia, juga diluncurkan Modul ‘Iya Boleh’ Untuk Anak Unggul Indonesia
Modul ‘Iya Boleh untuk Anak Unggul Indonesia’ ini kami berikan sebagai wujud apresiasi terhadap para orang tua yang telah ikut serta mendukung gerakan ‘1 juta Iya Boleh’ –Alvin Wiradarma
Modul ini tersedia dan dapat diakses melalui laman Dancow Parenting Center di Iyaboleh.com. Melalui modul ‘Iya Boleh’, orang tua akan mendapatkan panduan pengasuhan si kecil dilengkapi dengan tips yang bisa dipraktekkan sehari-hari. “Kami harap modul ini dapat membantu para orang tua dalam mengasuh, memenuhi asupan nutrisi, dan juga memberikan teladan prilaku positif , sering mengatakan ‘iya boleh’ untuk mendukung eksplorasi dan keingintahuan si kecil yang akan membuatnya terus belajar dan terus berkembang menjadi anak unggul Indonesia,” tutup Alvin selaku Brand Manager Dancow Advanced Excelnutri+
Meskipun hanya mengikuti event ini selama kurang lebih dua jam, tapi banyak ilmu dan kegembiraan yang kami dapatkan. Bahkan, bocah saya harus dibujuk untuk mau pulang karena terlalu enjoy bermain di booth yang di sediakan. Terimakasih Dancow!😊
Orang tua melarang itu maksudnya untuk memproteksi dari kecelakaan atau kotor atau apapun. Tapi ternyata itu malah tidak baik untuk tumbuh kembang si anak ya.. Bersyukur ada gerakan Iya Boleh ini yang dilanjutkan dengan peluncuran modul sebagai acuan kita untuk menjadikan anak unggul Indonesia.
BalasHapusBaru mikir, sebenarnya saat orang tua melarang ini itu kadang bukan demi kebaikan si anak tapi demi kebaikan orang tua sendiri, biar nggak repot hihi. Btw pulang acara ini Bre nanyain Kak Alya terus lho "kapan ya buk aku ketemu kak alya lagi?"
BalasHapusMengasuh dan mendidik anak memang butuh keahlian ya mba hehehe. Gak cuma mikirin bundanya yang gak repot tapi tumbuh kembangnya harus sempurna. Seneng deh ada camp kayak gini, anak hepi bunda pun senang
BalasHapus