Merdeka! Saya nulis ini sambil senyum. Ikut senang dong dengan apa yang sudah dicapai Indonesia di usianya yang ke 74 tahun ini. Yaa...meskipun sebagai warga saya belum bisa berkontribusi banyak untuk negara.
Tapi yang pasti, bersyukur banget generasi sekarang punya kehidupan yang jauh lebih baik. Nggak bisa bayangin kalau tiba-tiba Indonesia kembali ke era perjuangan bersenjata, perang di mana-mana, mau makan bingung karena nggak ada yang dimakan, sekedar keluar rumah pun takut karena taruhannya adalah nyawa.
Sekedar mbayangin saja saya udah ngeri. Sudah cukup, nggak perlu terulang lagi.
Karena memang sudah lepas dari penjajahan, maka wajar saja kalau setiap peringatan kemerdekaan selalu diperingati semua elemen masyarakat dengan berbagai bentuk kegiatan yang sifatnya suka cita. Tumpengan, pawai atau karnaval, gerak jalan dan tentu saja aneka lomba. Hampir semua lomba yang digelar saat peringatan hari kemerdekaan Indonesia adalah lomba-lomba yang bersifat riang-gembira dimana yang ngelomba atau yang nonton dua-duanya bisa tertawa. Sebut saja panjat pinang, sepakbola berdaster, terompah beregu, memasukkan pena dalam botol, dan lain sebagainya.
Sudah pernah kan sekedar atau malah jadi peserta lomba-lomba yang saya sebutkan di atas? Bisa jadi sepulang dari arena lomba kita langsung lapar, karena sepanjang acara terpingkal-pingkal.
Entah siapa di jaman dahulu orang yang “mewariskan” beberapa lomba tersebut, untuk kemudian dilestarikan sampai saat ini. Tapi misalnya kita mau menelusuri, ternyata tersimpan makna yang dalam dalam beberapa lomba-lomba 17-an Agustus tersebut. Misalkan saja
1. Lomba Balap Karung
Di antara sekian banyak ragam lomba, jenis lomba ini termasuk populer. Alasannya bisa jadi karena bisa dilakoni semua jenis kelamin, segala umur mulai anak-anak, remaja maupun dewasa dan yang jelas minim alat, hanya dibutuhkan karung hingga secara biaya pelaksanaan lebih hemat.
Namun dibalik itu semua, tahukah kamu bahwa karung goni (yang biasa digunakan sebagai media lomba) mengajarkan dan mengingatkan masyarakat sekarang dengan kesederhanaan yang dimiliki nenek moyang? Di era penjajahan/sebelum Indonesia merdeka, kain goni sudah mendapatkan posisi terhormat, yakni sebagai bahan untuk membuat baju/celana. Coba kalau kemudian kamu berempati, merasakan situasi jaman nenek moyang, lantas diminta menggunakan kain goni sebagai pakaian, kamu kuat berapa jam?
2. Lomba Membawa Kelereng dalam Sendok
Sejak saya kecil, sampai saya beranak-pinak seperti sekarang, jenis lomba ini sering dilaksanakan saat peringatan kemerdekaan Republik Indonesia. Teknisnya memang mudah, tinggal membawa kelereng diatas sendok yang sudah ‘dipegang’ dengan menggunakan mulut.
Tapi prakteknya..lumayan susah juga itu, karena kita mesti menjaga keseimbangan agar kelereng tidak jatuh tergelincir. Lalu makna yang terkandung? Membawa kelereng dalam sendok mengajarkan kita akan sifat kehati-hatian, tidak grusa-grusu, dan juga mengajarkan kesabaran. Nilai-nilai mulia itupun juga melekat kuat dalam kepribadian para pejuang yang sudah merebut kemerdekaan Indonesia.
Bagaimana ekspresimu saat melihat wajah berlumuran kecap yang tengah berusaha menangkap krupuk (yang sengaja diolesi banyak kecap) bergoyang kesana kemari. Tertawa terpingkal-pingkal bukan? Lomba makan kerupuk yang digantung adalah salah satu lomba menghibur dan bisa di bilang “pasaran”. Hampir setiap kampung/setiap instasi ada. Kalaupun ada sedikit improvisasi dalam teknik pelaksanaanya, tapi ternyata ada poin penting yang bisa kita telusuri. Kerupuk di jaman penjajahan adalah salah satu lauk yang sejalan dengan konsep kehidupan rakyat kala itu, yaitu berani prihatin, sederhana. Nah nilai-nilai itulah yang ingin diajarkan kembali kepada generasi penerus.
4. Lomba Tarik Tambang
Ya memang sih, selepas lomba ini bisa jadi badan kamu jadi pegal-pegal atau malah tangan jadi lecet. Tapi itu belum seberapa kan dibanding jaman perjuangan bersenjata yang menjadikan nyawa sebagai taruhan. Kalau di medan perang, salah strategi atau ada yang nggak kompak satu anggota saja, bisa berabe. Mesti kompak, atur strategi, trus nggak boleh lengah. Dan prinsip-prinsip jaga kekompakan dan atur strategi ini diajarkan juga dalam permainan tarik tambang. Nggak kompak, pasti kalah!
Yeayyy, menang..! Image, koleksi pribadi |
Diantara sekian banyak lomba, ini adalah lomba yang paling legendaris. Paling bersemangat pesertanya, dan paling ramai penontonnya. Cuma memang nggak semua menggelar lomba ini. Konon, tradisi lomba panjat pinang ini sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Dulu, para tuan Belanda biasa menggelar lomba panjat pinang saat mereka mengadakan pesta, dan lantas mempersilakan pribumi berebut aneka hadiah yang digantung dalam pohon pinang yang telah diolesi oli. Yang punya nyali untuk mencapai puncak tertinggilah yang bisa meraih banyak hadiah. Selain itu, dibutuhkan pula kekompakan anggota tim untuk bahu-membahu meraih apa yang tergantung di atas pohon. Berani, kompak, saling bantu adalah beberapa nilai utama itulah yang sebenarnya tersirat dalam lomba ini.
Jadi gimana sekarang, makin mantap kan untuk ikut meramaikan perayaan 74 tahun Indonesia merdeka? Syukuri kemerdekaan yang sudah kita rasakan, yuk bangun negara dengan kemauan dan kemampuan yang kita punya.
Paling meriah jan-jane ki tarik tambang. Menurutku sih. Soalnya seru, rame dan menang-kalah ditanggung bersama. Hihihi
BalasHapus