Merencanakan Masa Depan Demi Masa Pensiun Menyenangkan

4 komentar

Tahun ini umur saya resmi berkepala 4; mau tidak mau, ikhlas tidak ikhlas  sudah masuk club fourty. Pak suami malah 8 tahun yang lalu melewati masa ini. Itu artinya, kurang lebih sepuluh tahun ke depan suami saya sudah harus memasuki masa pensiun. Otomatis, kegiatan nanti pasca pensiun  sudah sering menjadi topik obrolan,  terlebih secara finansial pendapatan suami sebagai PNS lah yang paling banyak meng-cover pengeluaran keluarga. 

Hal yang Mesti Dipikirkan Menjelang Masa Pensiun


Bagi seorang ibu rumah tangga atau freelance yang tidak tidak memiliki jam kerja khusus, hilangnya rutinitas berangkat-pulang ngantor tentu bukan lagi masalah.  Jam kantor telah lama menjadi bagian masa lalu saya. 

Tapi tentu akan berbeda dengan (calon) pensiunan yang awalnya berstatus karyawan/pegawai kantoran. Selain post power syndrome, kebanyakan yang saya amati ada beberapa yang masih bingung dengan apa yang akan dilakukan saat masa itu datang. 

Sebenarnya, ada beberapa alternatif yang bisa dipilih sebagai pengisi kegiatan pasca pensiun seperti mencoba pekerjaan baru, mengembangkan hobi yang tertunda, meluangkan waktu bersama keluarga dan juga memperkuat ibadah. 

Dari obrolan demi obrolan, sepertinya Pak Suami memilih men-skip opsi pertama. Namanya pensiun, artinya memang meminimalkan pikiran untuk urusan pekerjaan dan lebih memilih untuk mengembangkan hobi yang tertunda seperti pergi ke tempat-tempat yang sebelumnya belum  pernah didatangi, bercocok tanam  di saat senggang, atau santai  minum teh sembari nonton tv tanpa ada drama rebutan channel. 

Hmm...santai dan menyenangkan sepertinya😊😊

Tapi, dibalik keinginan-keinginan tadi sebenarnya masih ada  yang sering membuat kening kami berkerut, berpikir serius. Soal perencanaan keuangan. 

Untuk konsumsi, apalagi di Jogja  kami berasumsi uang pensiun PNS cukup lah. Cuma, saat ayahnya pensiun...Sulung saya bisa jadi masih kuliah (atau semoga bisa lulus tepat waktu) dan  giliran adiknya pun lulus SMA (masuk kuliah).  Dana  pendidikan untuk itu pasti akan lumayan.

Belum lagi budget untuk melakoni hobi.. Masak ya kebutuhan cuma konsumsi saja. Tidak kan?

Mengatur Keuangan Agar Masa Pensiun Tetap Aman


Itu yang harus kami lakukan sejak sekarang. Kami butuh referensi agar bisa tahu cara menghitung dana pensiun terbaik. Tapi ya, begitulah karena basic saya bukan anak ekonomi jadi cara-cara yang saya lakukan sebagai “menteri keuangan rumah tangga” masih sederhana seperti:

Menghindari hutang
Bisa dibilang saat ini hutang seolah menjadi bagian dari gaya hidup modern, contohnya melalui kepemilikan kartu kredit. Termasuk juga berbagai kemudahan untuk mengajukan kredit barang-barang konsumsi. 

Tapi kalau hanya untuk urusan kebutuhan pribadi/konsumsi sampai saat ini kami bisa menahan. Masih teringat dengan resolusi keuangan yang pernah saya buat, saya  takut dengan hutang yang tidak terkontrol justru bisa menggerogoti pendapatan keluarga secara teratur.

Memaksakan diri untuk menabung
Pengalaman membuktikan, kalau tidak disisihkan di awal maka seberapapun memegang uang tunai biasanya akan habis di akhir bulan. Penyebab paling sering adalah, kurang bisa membedakan antara keinginan, kebutuhan, dan juga kemampuan. Idealnya, demi kesehatan keuangan keluarga 10-20% dari total pendapatan adalah jatah bagi pos tabungan. Meskipun secara angka tidak saklek/ tidak selalu persis sama, tapi poin ini selalu kami usahakan untuk dipatuhi.

Harus Memiliki Cadangan/Dana Darurat
Dana darurat secara mudah diartikan sebagai sejumlah dana yang disediakan /disiapkan untuk menghadapi kondisi tak terduga.

Banyak yang melewatkan jenis dana ini. Bisa memang karena kondisi pendapatan yang terlalu mepet, atau bisa jadi memang tidak tahu. Dana darurat penting, karena ia akan menjadi sumber dana di saat yang tidak direncanakan. Idealnya, dana darurat berbentuk tabungan jangka pedek dan memiliki rekening yang terpisah. Banyak ahli keuangan menyebutkan, dana darurat paling tidak sebesar 12 kali pengeluaran dalam sebulan. Kok banyak ya? 

Iya juga. Kita berusaha sama-sama yuk! Dana darurat ini bisa dikumpulkan sedikit demi sedikit ternyata.

Setuju banget kalau ada yang berpendapat butuh usaha ekstra untuk  merencanakan keuangan keluarga dan usaha untuk mendapatkan masa pensiun yang menyenangkan itu tidak semudah membalik telapak tangan. Tapi, memang harus diusahakan sejak sekarang kan?

Artikel terkait : Bijak Kelola Keuangan Keluarga Menjelang Lebaran

Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

4 komentar

  1. betull.. semua harus direncakan dengan baik nih

    BalasHapus
  2. Kalau dipikir-pikir, hidup itu kok singkat banget, ya.

    Aku merasa baru kemarin membina rumah tangga, sekarang kok anak udah mau remaja.

    Sepuluh tahun lagi mungkin persiapan mantu. Pinginku anak-anak nikah umur 23-25.

    Padahal si nomer 1 dan 2 jaraknya cuma setahun. Urut-urutan. Kebayang biayanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Klo aku maunya anak2 kerja dulu mba...biar menikmati masa muda dulu juga. Nanti untuk keperluan nikah biar bisa bantu2 juga :-D

      Hapus
  3. Setuju mbak, sejak awal menikah saya dan suami sebisa mungkin menghindari hutang kecuali urgent banget, misalnya KPR hehe.

    Menabung juga saya paksakan, meskipun sedikit tapi harus rutin sebulan sekali. Agak pusing juga sih, karena harga kebutuhan selalu naik dengan cepat, sementara gaji stagnan, hahah malah curcol.

    Yang penting jangan terlalu konsumtif dan jangan mudah terpancing sama iklan yaa :).

    BalasHapus

Posting Komentar