Memutuskan untuk memelihara kucing dengan sistem outdoor, ternyata harus siap dengan segala konsekuensinya. Pernah kucing saya ketabrak motor dan meninggal, Agustus lalu mamak Sweety menghilang, dan ternyata terjebur sumur tetangga. Sekitar 10 harian yang lalu, Oreo pun harus pergi untuk selamanya, terkena racun.
Lha kalau sudah tahu banyak resikonya, kenapa tidak dikandangkan? Saya ndak tega. Kasihan kalau melihat kucing yang ruang geraknya terbatas, dan terkungkung dibalik kandang. Lebih senang melihat kucing yang bebas, mau di dalam rumah boleh, mau main keluar juga nggak dilarang.
Saya membayangkan kucing itu saya sendiri, yang nggak bisa kalau terus-terusan di dalam ruangan tertutup, tanpa ada kesempatan melihat dunia luar. Membosankan sepertinya.
Apalagi kucing (terlebih kucing Jawa) pada dasarnya adalah pemburu ulung. Mereka akan suka menjelajah lingkungan sekitar demi memuaskan rasa keingintahuan mereka yang besar.
Cuma ya itu, tetap ada sisi negatifnya. Ada bahaya di luar sana yang bisa jadi membuat para kucing ini celaka.
Ini pula yang terjadi pada Oreo. Ia keracunan, alias makan racun. Entah tidak sengaja, atau ada yang sengaja meracunnya, tidak tahu.
Gejala dan Penanganan Saat Kucing Terkena Racun
Saya ingat waktu itu malam Minggu. Biasanya menjelang Maghrib, Oreo dan Chilo saya biarkan bermain di luar rumah. Kadang cuma duduk-duduk di teras, kadang main ke kebun tetangga, tapi setahu saya jarak jangkauan bermain mereka tidak jauh.
Malamnya kalau pintu sudah mau dikunci dan mereka belum pulang, saya tinggal memanggil mereka dengan memukulkan mangkok plastik ke tembok atau pagar...dan mereka akan berlarian pulang.
Kucing-kucing ini paham, kalau itulah panggilan kesayangan untuk mereka.
Namun malam itu mereka pulang tanpa perlu dipanggil. Selepas Isya, Oreo dan Chilo masuk rumah barengan dengan Raka dan Ayahnya yang baru saja pulang dari masjid. Saya sendiri sudah merasa tenang, karena semua anggota keluarga sudah masuk rumah.
Tinggal membantu menyelesaikan tugas BDR nya Alya yang belum dikerjakan, sementara deadline pengerjaan pukul 21.00 malam. Untung, tugas bisa selesai.
Pukul 21.30 saya masuk kamar. Biasanya Oreo dan Chilo sudah tidur terlebih dahulu. Saya lihat Chilo sudah terlelap di atas meja. Sementara Oreo?
"Eong..."
Eongan lemah terdengar dari kolong tempat tidur. Tidak biasanya Oreo sembunyi di bawah kolong. Suaranya pun saya rasa berbeda dari biasanya. Feeling saya sudah tidak enak.
Buru-buru saya ambil senter, saya arahkan ke kolong. Jelas saya lihat mulutnya berbusa, dan seperti ingin muntah, tapi tidak bisa. Oreo segera saya ambil dari kolong, disertai tangisan Alya. Bocah saya ini selalu menangis saat sesuatu yang buruk terjadi pada kucing-kucingnya.
Oreo keracunan. Itu perkiraan saya berdasarkan gejala yang ada. Dulu, kucing di rumah orang tua saya pernah mengalami gejala yang sama. Ibu memberinya air kelapa, dan sembuh keesokan harinya.
Malam itu saya masih sempat menenangkan Alya, bilang kepadanya kalau Oreo akan baik-baik saja. Oreo saya bersihkan mulutnya, saya tempatkan pada dos agar tenang. Sempat ia berdiri, berusaha berjalan dan terlihat sempoyongan.
Saya lihat Oreo bernafas cepat. Tubuhnya lebih dingin dari biasanya. Ia pun terlihat menggigil. Sebenarnya ingin menangis, tapi saya berusaha untuk tenang.
Selarut ini, klinik hewan terdekat hampir sudah tutup. Air kelapa, jelas saya tidak punya. Susu murni! Hanya itu yang ada di kepala.
Kebetulan ada minimarket, dan saya kenal pemiliknya. Sudah tutup, tapi saya bisa minta untuk dibukakan demi sekaleng susu murni. Alhamdulillah..susu murni bisa saya dapatkan.
Saya spet susu murni ke mulut Oreo dengan menggunakan alat suntik (tanpa jarum) di temani anak-anak.
"Oreo...sembuh ya..bertahan...besok dibeliin Proplan ya..." Kata Alya.
Iya, Oreo saya spet sambil kami ajak ngobrol..dan malam itu Oreo selalu menjawab apa yang kami katakan dengan eong annya.. meskipun kami tidak tahu, bisa jadi itu adalah rintihannya menahan sakit.
Sekitar 3 kali Oreo muntah saat saya spet susu.
"Iya...Oreo, muntahin aja...biar racunnya ikut keluar" Raka pun ikut memberi semangat Oreo untuk bertahan.
Memberinya susu murni dan juga membiarkannya muntah adalah penanganan pertama pada kucing keracunan yang saya dapatkan dari membaca beberapa artikel. Konon susu adalah penetralisir racun yang cukup baik.
Satu kaleng susu murni pun akhirnya habis dalam waktu satu jam an (meskipun yang masuk ke perut, bisa jadi kurang dari 50% nya saja, karena kadang tumpah, kadang ikut muntah). Saya ajak Oreo ke kamar. Berharap ia segera membaik. Atau kalaupun tidak membaik, ia bisa menunggu pagi, saat klinik hewan sudah buka.
Sekitar pukul 23.30, saya perhatikan tubuh Oreo semakin lama semakin dingin, dengan napas yang semakin cepat. Tubuhnya terasa kaku..matanya tidak berkedip, dan dia terus mengeong. Dititik inilah saya merasa Oreo akan segera pergi.
Tubuh Oreo saya angkat, saya dekap sambil saya berbisik.."Oreo, kamu kucing baik...maafkan kami. Kalau kamu memang harus pergi, Ibu ikhlas .."
Saya tidak tega melihatnya kesakitan. Dimata itu tergambar, antara ingin bertahan, sekaligus menahan rasa sakit. Begitu saya mengatakan kalau saya ikhlas, Oreo menatap saya, entah apa yang ingin ia ucapkan. Ia berhenti mengeong. Dalam hitungan detik, tubuhnya langsung mengejang, dan kemudian langsung lemas di detik berikutnya.
Oreo pergi, dalam pelukan saya. Diiringi tangisan Alya.
Oreo sudah 8 bulan bersama kami. Serasa kehilangan satu anggota keluarga di depan mata. Kenapa saya terlambat tahu kalau Oreo kena racun? Kenapa saya baru tahu Oreo kena racun ketika jam klinik sudah tutup? Kenapa saya tidak berusaha mencari klinik hewan yang buka 24 jam? Seandainya Oreo tertangani dokter, bisa jadi akhir ceritanya akan berbeda. Bisa jadi ia tertolong dan masih hidup sampai sekarang. Sedih. Menyesal jadi satu
Saya nggak mau orang lain mengulangi kesalahan yang pernah saya lakukan. Saya tulis penyesalan-penyesalan saya dalam sebuah Instagram story dan terbaca dokter hewan yang dulu pernah menangani Oreo saat sakit. Beliau tinggalkan pesan melalui sebuah direct message:
"Ibu... baiknya sedia norit klo kucing keracunan... untuk menyerap racun yang masih di lambung... tp dgn catatan itu hanya tindakan awal sambil perjalanan ke dokter hewan... karena keracunan tetap butuh obat injeksi"
Satu poin penting saya dapatkan dari kejadian ini, jangan menyepelekan hewan peliharaan yang terkena racun. Bisa jadi racun menyebar dengan cepat. Tidak bisa menunggu datangnya pagi.
Sekarang, selain obat luka, beberapa P3K lainnya untuk anggota keluarga, ada 1 box norit untuk jaga-jaga, sambil berharap tidak lagi menemui kejadian serupa. Ke dokter secepatnya dan jangan ditunda! Itu yang tidak boleh saya lupa.
Turut berduka cita ya Mbak.
BalasHapusPagi ini di halaman rumah saya juga ada dua ekor anak kucing yang mati.
Sebenarnya kucing liar sih, hanya saja sering kami kasi makanan, jadi cukup jinak.
Tapi nggak tau kenapa tiba-tiba mati, karena kemarin sore masih baik-baik aja. Tapi pagi ini udah nggak gerak lagi.
Terimakasih mas.
HapusTurut berduka juga untuk dua anak kucingnya yang meninggal. Bisa jadi kena virus, atau kena racun itu mas...klo meninggalnya dadakan.