Awal bulan, waktunya bikin check list pengeluaran wajib. Berbagai post pengeluaran, sebisa mungkin saya selesaikan secepatnya. Biar segera ganti yang dipikirkan, ganti pula pekerjaan.
Toh kalau yang namanya wajib, mau bayar di depan, di tengah atau dibelakang, tetep sama..harus mbayar. Salah satu kewajiban bayar-membayar yang mesti saya lakukan adalah membayar tagihan listrik. Sebagai pelanggan listrik pasca bayar 900 watt, saya termasuk pelanggan yang tertib. Biasanya saya bayar tiap tanggal 3,4 atau 5. Hampir tidak pernah melewati tanggal 10.
Untungnya, ketika banyak teman beberapa bulan terakhir terkejut dengan beban tagihan listrik yang tiba-tiba melonjok, saya nggak ngalami sama sekali. Tagihan listrik saya bisa dibilang stabil di range 140-160an ribu/bulan dengan pemakaian rata-rata 100 kwh perbulan. Sebelum dan saat ada Corona, relatif sama.
Pemakaian listrik di rumah juga standard. Pompa air, mesin cuci yang tiap pagi nyala, tv, magic com yang dipake masak nasi 2x sehari, setrika yang hampir tiap hari dipake, kulkas, kipas angin, lampu ada sekitar 8 titik dengan 1 titik di ruang tengah yang hampir menyala 24 jam, dan titik lainnya menyala hanya saat diperlukan (malam hari).
Beberapa teman bilang angka tagihan 150an ribu/bulan termasuk irit, untuk ukuran daya 900 watt. Sempat saya mbandingin dengan beberapa teman dengan ukuran daya listrik yang sama, dan ternyata tagihan mereka lebih gede. Bukan karena mereka plus AC loh! Klo tambah gede karena perangkat elektroniknya lebih komplet mah wajar.. :-D
Baca juga: Catatan Keuangan, Aplikasi Sederhana Untuk Ibu Rumah Tangga
Sepertinya Ini yang Membuat Tagihan Listrik Aman Terkendali
Teknologi Inverter
Saat perangkat elektronik di rumah rusak dan mengharuskan untuk membeli kembali, biasanya terjadi perang batin saat berada di toko elektronik, apalagi emak-emak. Antara membeli barang yang harga awalnya lebih murah tapi teknologinya standard, atau barang yang sedikit lebih mahal, tapi sudah ada inovasi teknologi, misalnya teknologi Inverter.
Inverter merupakan teknologi terintegrasi yang membuat kompressor mampu bekerja secara fluktuatif, dan menyesuaikan beban yang ada di dalamnya. Inverter bekerja mengatur kecepatan motor untuk menghasilkan daya yang sesuai dengan keinginan. Teknologi ini biasanya diterapkan di AC, lemari es, dan juga mesin cuci.
Untuk rumah saya, saat ini masih lemari es saja yang menggunakan teknologi ini. Tapi, suatu saat nanti saat harus mengganti perangkat yang rusak..tidak ragu lagi untuk memilih alat elektronik yang menggunakan teknologi inverter.
Strategi Pemilihan Lampu
“Kok mahal lampunya.” Komentar saya dulu ketika pak suami barusan mengganti lampu-lampu di rumah. Ternyata pak suami memilih lampu LED/ teknologi power saver yang memang secara harga di awal lebih mahal dari harga lampu biasa. Meskipun sepintas terlihat lebih mahal, ternyata mengunakan lampu power saver lebih banyak manfaatnya. Tidak panik saat tiba-tiba mati listrik, karena memiliki tenaga cadangan yang akan otomatis menyala saat lampu mati, plus hemat juga di pemakaian daya ternyata.
Mematikan apa yang tidak Perlu dinyalakan
Saya paling cerewet kalau ada TV nyala, sementara orang yang nonton entah kemana. Makanya, semenjak anak-anak di rumah dan PJJ online, ada peraturan tidak tertulis bahwa menyalakan TV hanya kalau memang niat menonon TV. Kalau di depan tv dan akhirnya cuma sibuk sama smartphone, pasti tangan saya akan otomatis megang remot, off –kan.
Itu tadi beberapa hal yang saya rasa mempengaruhi tagihan listrik di rumah menjadi lumayan hemat. Iyalah, kalau nggak dari sekarang berhemat ntar pas anak-anak butuh biaya kuliah, sementara pak suami pensiun, takutnya kelabakan.
Kalau teman-teman, apa yang dilakukan untuk membuat tagihan listrik tidak melonjak?
Kalau rencana membeli barang-barang elektronik berukuran besar memang sering menjadi topik diskusi yang cukup sengit antara suami dan istri, termasuk saya dan istri. Hehe.
BalasHapusSelain harga, kami juga mempertimbangkan merek dan spesifikasi produk. Kalau ada inverter atau power saver tentu menjadi nilai lebih, terutama untuk barang yang tidak bisa on/off pemakaiannya, seperti kulkas.
Kalau barang-barang seperti tivi atau AC, masih bisa dilakukan penghematan dengan aturan pemakaian yang jelas di rumah, kapan boleh dinyalakan. Tidak beda jauh dengan cara Mbak Sulis lakukan. Tivi di rumah kami hanya menyala di jam-jam tertentu, paling lama 2-3 jam dalam sehari.
Paling sering tuh tv nyala tapi yang nonton kagak ada atau pada asyik sendiri ama gadget.
BalasHapusAkhirnya tv nya sibuk sendirian.
Sempat mengeluhkan hal yang sama pas aku beli lampu LED si toko mbak. Mikirku pas lihat nota belanja, lha kok mahal. Tapi memang mendingan sih. Apalagi kalau pas magi lampu, igu mbantu banget misal si rumah nggak ada/lupa nyetok lilin.
BalasHapusKalau TV, kebetulan TV di rumah rusak dan mati total. Jadi selama ini nggak pernah nonton tv sama sekali. Irit pakai banget.
yang bikin banyak itu kulkan sama PC plus mesin cuci klo pakai berbarengan mbak
BalasHapusdi rumah juga antara 150-200
pas rame kemarin sempet si 250 tapi akhire turun lagi
sekarang lebih ke ngumpul di ruang tengah ya buat ngirit
terutama lampu mbak hehe
soalnya