Kok Bisa Gitu? Mengintip Rahasia Bisnis Kuliner Sate Ratu

5 komentar

 

Buku kok bisa gitu

Kok bisa ya? Ada kuncinya? Rata-rata, pertanyaan seperti itu akan muncul secara otomatis di kepala kita ketika ketemu dengan seseorang yang telah/baru saja mengalami  atau mendapatkan prestasi/hal yang membanggakan. 

Lalu, bagaimana dengan  Sate Ratu,  salah satu  brand sate di Yogyakarta yang pernah dikunjungi tamu dari 85 negara? Mengawali  tahun 2021 Sang owner, Fabian Budi Seputro  berhasil membagi cerita kesuksesannya mengembangkan bisnis kuliner  ini dalam sebuah buku  berjudul “Sate Ratu Kok Bisa Gitu? Rahasia Memiliki Pelanggan dari 85 Negara.

Terbagi dalam 5 bab dengan ketebalan sekitar 200an halaman, buku ini termasuk buku yang cepat saya selesaikan. Penggunaan gaya penulisan yang cenderung story telling, menjadikan buku ini terasa ringan, tapi tetap “berisi”.  Ada beberapa poin penting yang menjadi benang merah buku ini yang saya ingat, dan akan saya tuliskan dalam artikel ini. 


Sama seperti Kebanyakan Usaha Kuliner, Sate Ratu Juga Mengalami Fase Jatuh Bangun

Kuliner adalah dunia baru bagi Fabian Budi Seputro, setelah puluhan tahun  sebelumnya ia menggeluti dunia entertainment. Sekitar lima tahun yang lalu, cikal bakal Sate Ratu lahir dalam format warung angkringan  bernama Angkringan Ratu. Menggelar lapak dagangan di Jalan Solo Yogyakarta, waktu itu sate menjadi salah satu menu yang dimiliki Angkringan Ratu. 

Berkonsep angkringan, sempat pernah punya beberapa cabang, memiliki banyak karyawan, bermasalah dengan karyawan, pindah lokasi dan kemudian mengubah konsep dengan memperhitungkan plus dan minusnya adalah beberapa proses jatuh bangunnya Sate Ratu.  Momen-momen penuh perjuangan ini diceritakan sang penulis  di bagian awal buku. 

Sebagai cara untuk tetap bertahan, berbagai upaya lantas dilakukan perintis sekaligus owner Sate ratu seperti menemukan partner bisnis terbaik, menguatkan fondasi  dengan menetapkan segmen pasar, dan tak lupa memberikan service terbaik kepada customer termasuk menyederhanakan menu, dari banyak macam, hingga kemudian mengerucut Hingga kemudian muncullah menu-menu yang menjadi favorit pembeli/pelanggan Sate Ratu saat ini.

Saat kami memutuskan pindah, kami juga sudah memutuskan untuk men-simplify menu menjadi hanya Sate Merah, Sate Lilit, nasi putih, dan Nasi Gendeng. Untuk minumanpun, hanya jeruk, teh, dan air mineral (halaman 12)

Media Sosial dan Kemajuan Teknologi Komunikasi Menjadi Satu Kekuatan Penting Sate Ratu Untuk Memperkokoh Brand

Merebut hati konsumen di surganya kulineran macam Yogyakarta itu pastinya tidak mudah. Untuk itu, Sate Ratu menerapkan beberapa langkah jitu seperti  rajin beraktivitas di media sosial, mendaftarkan Sate Ratu di Google Maps, Trip Advisor, memiliki websitenya sendiri, menjalin relasi yang baik dengan para food blogger, termasuk merapikan feed instagramnya. 

Memang jadi banyak effort yang harus dikeluarkan, tapi kini effort itu saya anggap wajib. Sekarang Sate Ratu berusaha menampilkan foto-foto yang bagus, desain yang menarik, dan hal lainnya.(halaman 143)

 Kalau ada yang pengen tahu apa yang dilakukan Sate Ratu agar produk-produknya diingat dan digemari semakin banyak orang, ternyata Itu semua didapat dengan proses panjang, Bro, Sis! Termasuk harus membawa panggangan berukuran super besar  ke Jakarta dalam sebuah lomba. Cerita lengkapnya, ada kok dibuku ini. 

Baca juga: [Buku] Terjebak Dunia Maya


Strategi Sate Ratu Tetap Bisa  Bertahan  Saat Pandemi

Corona, jelas menjadi bencana untuk berbagai jenis usaha. Sate Ratu termasuk salah satu yang terkena imbasnya. 

Sempat tutup total  dua bulan lebih, tapi bukan berarti tak ada yang bisa dilakukan Sate Ratu. Meluncurkan Lilit basah frozen, memasarkan bumbu kemasan siap pakai, adalah cara Sate Ratu untuk bertahan. Di bulan Juni 2000, Sate Ratu kembali membuka diri untuk menerima tamu secara dine-in

Meskipun sampai saat ini kondisi belum bisa dikatakan pulih, banyak tamu-tamu yang kemudian menjadi “hilang” tapi ada secercah kegembiraan ketika Sate Ratu terpilih menjadi bagian dari kelompok 10% teratas dari restoran di seluruh dunia versi Trip Advisor.

So, kesimpulannya gimana? Sate Ratu punya 6 hal penting yang menjadi “driver” untuk menjalankan bisnisnya. Inovasi, keinginan kuat, tahan banting, dan ada beberapa lagi pastinya. Baca sendiri ya, biar nggak penasaran  belajar bisnis kulinerannya juga makin komplit. Nggak rugi kok mbaca buku ini.


Judul : Sate Ratu Kok bisa gitu?

Penulis : Fabian Budi Seputro

Editor : Ang Tek Khun

Penerbit Diandra Kreatif/Mirra Buana

Cetakan 1 Januari 2021

ISBN 978-623-6747-95-7

Order buku bisa mengirimkan DM ke akun IG @sateratu

Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

5 komentar

  1. Ini seperti buku inspirasi dan motivasi di bidang kuliner ya, Mbak. Yang tidak saja bercerita bagaimana kita harus gigih dan tidak putus asa ketika usaha menurun, namun juga bagaimana cara bertahan di masa pandemi ini.

    Jika kita mencintai apa yang kita lakukan, insya Allah selalu ada jalan keluar dari permasalahan yaa. Semoga buku ini bisa menginspirasi banyak orang :)

    BalasHapus
  2. Baca buku ini aku jadi makin tahu tentang Sate Ratu dan jadi tahu proses sebuah lomba masak berskala nasional.

    BalasHapus
  3. Baca buku ini aku jadi makin tahu tentang Sate Ratu dan jadi tahu proses sebuah lomba masak berskala nasional.

    BalasHapus
  4. oh sudah ada bukunya mbak
    aku pernah ke sini juga sama temen temen K jog
    inspiratif banget Pak Fabian
    padahal dulu dari kaki lima di jalan solo ya
    beruntung pernah ketemu beliau
    dan emang sate ratu itu juara
    apalagi yang sate lilit ya

    BalasHapus

Posting Komentar