Film SITI: Siapa Bilang Perempuan Lemah?

Posting Komentar

 

Review film siti

Semalem, judulnya saya lagi nggak nggak mood nulis. Miskin ide lebih tepatnya, tapi belum ngantuk. Bukalah Viu, scroll bagian film, pilih film Indonesia. Ada satu judul yang mbuat saya penasaran, SITI.

Yup. Judul film yang menurut saya beda. Durasinya nggak begitu panjang, satu setengah jam an. Jadi misal saya nonton film ini sampai selesai terus tidur, waktu istirahat untuk saya bangun besok sudah cukup. Lagian sudah cukup lama saya nggak nonton film  dalam waktu "sekali duduk". 


SITI, si Perempuan Kuat


Ketika banyak film Indonesia mengangkat cerita dengan setting  kehidupan hedonis kaum perkotaan yang gemerlap, maka SITI menampilkan  sisi lainnya, kisah hidup masyarakat  bawah yang tinggal pesisir pantai Parangtritis Yogyakarta. 


Pembuka film diisi dengan adegan penertiban sebuah Karaoke, ada beberapa anggota polisi, lelaki hidung belang dan perempuan berbaju seksi yang terciduk, yang salah satunya adalah perempuan berkulit eksotis bernama SITI. 

Sebagai penonton, awalnya saya mengira sosok SITI adalah gadis nakal, yang pengen mendapatkan uang secara instan, hingga kemudian ia terjun ke dunia malam. Yang sering terjadi,  rata-rata seperti itu kan? Kemudian mata saya dibuka di adegan-adegan film berikutnya.  Saya salah duga. 

Tinggal di sebuah rumah sangat sederhana, Siti hidup bersama satu anaknya Bagas, suaminya Bagus dan seorang ibu --yang belakangan saya tahu, ibu mertuanya. 

Sebagai seorang perempuan yang digambarkan masih berusia dua puluhan, hidup Siti cukup berat. Suaminya lumpuh, hanya bisa berbaring di tempat tidur semenjak mengalami kecelakaan saat melaut. Mulai saat itu, Siti lah sang tulang punggung keluarga. Ia harus mengurus rumah, sekaligus mencari uang. Berjualan peyek jingking di pagi hari, dan bekerja sebagai pemandu karaoke di malam hari. Semuanya demi bertahan hidup dan menyelesaikan tanggung jawab sang suami untuk membayar hutang pembelian perahu kepada seorang tukang kredit. 

Kerasnya kehidupan pesisir pantai, digambarkan dengan apik di film ini. Hampir semua dialog yang menggunakan bahasa Jawa, menjadikan film ini sangat kental unsur lokalnya. Pun dengan aktor-aktor yang bermain di dalamnya. Tapi nggak perlu khawatir, ada subtitle Bahasa Indonesia daripada mesti roaming nggak ngerti itu ngomong apa.

Sesuai judul, inti dari film ini adalah perjuangan SITI si tokoh utama. Bagaimana dia harus menjalankan peran sebagai seorang istri, seorang ibu, dan juga seorang menantu. Puncak konflik adalah ketika dia harus memilih, bertahan dengan kehidupannya saat ini, atau hidup bersama Gatot --lelaki yang  bersedia menikahi dan menawarkan kehidupan yang lebih baik.

Akankah SITI berpaling dari suaminya? Atau ia telah punya jalan pilihannya sendiri. Meskipun saya sudah nonton sampai akhir, nggak seru kalau saya kasih bocoran. Nonton sendiri aja ya! 

Oh..iya, film ini disajikan dalam format hitam putih. Jadi sambil nonton berasa nostalgia jaman kecil, ketika yang kami punya di rumah TV hitam putih. 

  • Judul filmSiti
  • SutradaraEddie Cahyono
  • Pemain utamaSekar Sari
  • Durasi88 menit

Penghargaan :
Film terbaik FFI 2015
Pemeran Utama Wanita Terbaik Usmar Ismail 2016



Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

Posting Komentar