Akhirnya! Eh..Corona belum berakhir sih, tapi tahun ajaran baru segera dimulai, dan sekolah model tatap muka akan segera dimulai. Bismillah, semoga tidak lagi mundur, lancar, dan dimudahkan.
Iya, anak-anak sudah terlalu lama belajar secara online, dan untuk dua bocah saya...saya rasa kurang efektif. Awal-awal sih masih tertib, tapi makin kesini, durasi megang smartphone antara untuk belajar/mengerjakan tugas dibanding untuk mabar sudah nggak seimbang.
Lebih dari setahun pula saya alih profesi jadi guru dadakan segala mapel buat dua bocah. Mesti ngingetin, ngecek, dan kadang pake bonus omelan saat ada tugas yang harus dikerjakan/dikumpulkan dari sekolah, tapi tidak segera dikerjakan para bocah. Dalam versinya anak-anak, seringkali saya jadi ibu guru yang ngamukan.
..ha..ha. Maklumlah, bahkan saya pernah dibilang mirip Kak Ros.
Begini, saya mau membela diri. Di sekolah, para guru terspesialisasi bidang studinya. Lha kalau dirumah, dalam satu pagi saya bisa bertransformasi jadi guru prakaryanya Raka, sebentar kemudian jadi juru rekam dan editing video untuk pelajaran PJOK, dan pada hari yang sama sangat mungkin harus menerangkan kata perbedaan penggunaan kata tunjuk dalam bahasa Arab, salah satu mapel di SDnya Alya. Bagaimana nggak puyeng coba?
Itu belum termasuk ngurusi pekerjaan rumah yang kayanya nggak kelihatan, tapi sebenarnya ndak ada habisnya. Udah mirip drama yang nggak pake tamat, never ending story.
Makanya saat pihak sekolah memberikan angket persetujuan orang tua untuk dimulainya sistem belajar tatap muka, saya di barisan yang menyetujui kebijakan itu.
Rencananya, untuk tahun ajaran baru mendatang sistem tatap muka di sekolahnya Raka dan Alya akan dilakukan secara selang-seling, satu minggu masuk 3x, dengan jam belajar yang juga lebih singkat. Durasi belajar di sekolah memang jauh berkurang dibanding saat kondisi masih normal dulu ,tapi mendingan lah..daripada anak-anak sudah tak lagi punya “rasa memiliki” kepada teman-teman sekelasnya dan juga lingkungan sekolah.
Sebagai mana wajarnya belajar tatap muka di sekolah, tentu anak-anak harus kembali menjalankan peraturan/tata tertib. Nggak ada lagi nyimak penjelasan guru sambil gegoleran di kasur, atau berpenampilan formal tapi bawahan bercelana pendek.
Dalam hal tampilan luar, anak-anak sekolah akan kembali seperti saat Corona belum datang. Cuma bedanya, sekarang mesti dilengkapi masker, faceshield, dan juga melengkapi diri dengan hand sanitizer. Nah, untuk keperluan tersebut, sebelum para bocah kembali ke sekolah, cek-cek ini dulu yuk!
Seragam Sekolah, Masih Muat?
Satu tahun lebih anak-anak di rumah. Otomatis, baju seragam sekolah juga lebih banyak tergantung/terlipat di lemari. Baju seragam atasan saja yang sempat dipakai beberapa kali untuk keperluan presensi pas zoom/google meet dengan guru, tapi celana atau rok? Jelas, hampir satu tahunan bobok manis diantara tumpukan baju seragam.
Nah, sebelum digunakan kembali ada baiknya selain dicuci (bisa jadi baunya sudah apek), baju seragam juga dicoba lagi, eh..barangkali kancing baju atau retsleting celana sudah susah untuk dikancingkan. Atau celana panjang yang ternyata jadi semata kaki saat dipakai. Mau nggak mau harus ganti kan kalau seperti itu?
Sepatu, jangan-jangan kesempitan
Dua bocah saya mengalami masalah ini. Wajar juga sebenarnya, karena anak-anak memang cepat bongsor. Ukuran kaki juga cepet nambahnya. Mending beli sepatu baru lah, daripada pertumbuhan mereka yang terganggu. Setuju nggak?
Printilan kecil, Buku-buku dan alat tulis, barangkali terpisah dan pada entah kemana?
Saat masih sekolah, bisa dipastikan kaos kaki, dasi, topi, kartu perpustakaan, pensil, bolpen, penghapus terorganisir dan berada di posisinya masing-masing. Lumayan tertib lah. Tapi karena lama istirahat, bisa jadi beberapa barang tersebut berantakan posisinya. Kaos kaki rawan hilang sebelah, penghapus dan pensil rawan berpencar. Kenapa? Selama belajar online, anak-anak banyak menggunakan keyboard untuk menulis/mengirim jawaban saat ada tugas dari sekolah.
Semua sudah dicek? Sip! Giliran kita berdoa, agar semuanya segera terkendali. Kalaupun dunia pendidikan belum bisa pulih sepenuhnya, tapi ada langkah maju.
mba lis...ahahahha aku malah ngekek nih gegara maca bagian di rumah jadi bu guru yang ngamukan hihi...aku juga kayake stok sabar juga kudu dipekso pekso hahahha...tapi aku durung ngalami anak sekolah, ga kebayang kalau uda nuju anak sekolah aku juga pasti gambang ngrememeng...lha kita dituntutbserba bksa di maoel yang kayake kurikulume luih angel dari oas kita sd dulu ya mba lis wkwkkwkw...
BalasHapusIya Nit... Dari sisi materi pelajaran, berat anak2 sekarang. Tapi klo model online...klo dibiarkan lepas, ya anak2 serasa nggak punya tanggungan. Ortu kudu terus ngingetin, ngecek, ngoyak-oyak...
HapusMana kadang anak itu lebih tertib ke orang lain, drpda ke ibunya...
aku bahagia sekolah buka lagi paling tidak sedikit mengurangi beban guru bimbel hehe
BalasHapusseragam dan sepatu adalah yang perlu dicek dulu terutama kelas besar (4,5,6) karena badan mereka udah cepet banget gedenya
Aku juga milih tatap muka. Ya, di model shift atau gimana lah caranya...
HapusSektor yang lain jalan soalnya. WFH pun, udah lama kembali ke WFO...