Ini fotonya Alya. Gigi masih pada kosong, tapi masih lucu dilihatnya😊. Saya cek, foto diambil tahun 2020 silam. Berarti saat usianya 8 tahun, atau sekitar kelas 2 SD.
Dua gigi seri bagian atas nya, belum muncul sempurna. Satu gigi seri sudah gigi permanen atau gigi dewasa, satunya lagi belum. Dengan kata lain, satu gigi depannya statusnya masih gigi susu yang kondisinya rusak karena kebanyakan makan permen. Gigis kalo orang di daerah saya bilang.
“Ah..besok juga bakalan ganti sendiri". Itu pikiran saya pada awalnya. Iya, bukankah secara alami gigi semua gigi susu memang akan tergantikan dengan gigi permanen setelah waktunya tiba?
Dulu saya ingat, jaman masih SD saya pun mengalami hal yang sama. Semua anak-anak akan bertemu fase dimana banyak gigi yang statusnya goyah, tau-tau copot dengan sendirinya; kadang pas makan, kadang lagi bermain. Dan sesudahnya, tanpa disadari semua gigi tumbuh lengkap sampai dewasa.
Saya pikir, proses pergantian giginya Alya pun akan seperti itu juga.
Hingga kemudian, tanpa saya sadari saya menjadi pengamat gigi…
Gigi Seri Temannya Sudah Berganti, Kenapa Punya Alya Belum?
Waktu berjalan, dari pandemi yang kemana-mana tutupan masker, dan kemudian pandemi dinyatakan berakhir. Sekolah tak lagi mewajibkan para siswanya menggunakan masker saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Wajah anak-anak yang biasanya terhalang, kini tampak jelas. Bagian mulut yang awalnya tertutup, sekarang bisa tampak dan terlihat.
Tanpa disadari, saya sering menjadi pengamat anak-anak pas jemput Alya di sekolah. Pengamat gigi tepatnya. Saya liat gigi seri depan mereka, hampir semuanya sudah memiliki gigi seri depan atas permanen. Sudah nggak ada lagi celah gigi ompong.
Sementara, gigi seri Alya kenapa masih sama? Masih sisa gigi susu yang dulu dan tidak ada tanda-tanda akan goyah/copot?
"Ah…mungkin memang belum waktunya saja! Begitu saya mencoba menenangkan diri.
Hingga usia Alya terus bertambah, namun kondisi satu gigi seri depan atas masih sama. Belum ganti menjadi gigi dewasa, padahal semua temannya sudah.
Googling sana-sini, akhirnya saya sadar bahwa kalau secara waktu, SEHARUSNYA dua gigi seri Alya yang atas sudah berganti dengan gigi permanen. Kenapa punya Alya belum, padahal usianya sudah 10 tahun lebih, hampir sebelas tahun malah..dan baru satu gigi seri atas yang sudah tergantikan gigi dewasa.
Melakukan konsultasi dengan dokter gigi, itu adalah cara yang paling tepat. Tapi begitulah, membawa anak dengan sukarela ke dokter gigi bukan perkara mudah.
Tapi akhirnya, Agustus lalu dengan sukarela Alya mau juga saya antar ke klinik, membiarkan giginya dicek seorang dokter gigi. Meskipun agak terlambat kata sang dokter.
“Bu..ini gigi adiknya memang seharusnya sudah ganti dengan permanen di usia 7-9 tahun. Sementara dik Alya sudah 10 tahun lebih. Setidaknya ada dua kemungkinan. Yang pertama karena tidak ada benih gigi, atau yang kedua benih gigi permanennya ada, tapi terhalang untuk erupsi. Untuk tahu penyebabnya, satu-satunya cara dicek rontgen dulu” Kata bu dokter petang itu.
Begitulah hasil pemeriksaan pertama pada sebuah klinik sederhana.
Gigi seri, di depan. Begitu terlihat pastinya. Apa anak sekecil itu harus ngrasain make gigi palsu?
Implan gigi, seberapa nyaman dan berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan?
Kemungkinan-kemungkinan buruk yang dikatakan dokter mengenai gigi Alya, membuat saya susah tidur semalaman.
Hari berikutnya, saya ajak Alya ke rumah sakit yang lebih besar. Harapannya, peralatan lebih lengkap. Ia harus foto rontgen panoramic juga, kalau di klinik kecil peralatan tersebut jarang sekali ada.
Penghalang Itu Bernama Odontoma
Mirip mau ujian, deg-deg an, khawatir campur aduk. Itu yang saya rasakan sebelum dan sesaat Alya menjalani rontgen panoramic. Dan betapa lega nya, ketika hasil keluar dan dengan jelas terlihat benih gigi permanen untuk gigi serinya. Sisa akar gigi susu yang tak kunjung tanggal juga terlihat di jalur yang sama dengan tempat keberadaan benih gigi permanen.
Alhamdulillah bukan agenesis, kondisi dimana gigi tidak tumbuh karena tidak adanya benih gigi. Ini yang paling saya takutkan dari awal.
Tapi memang terlihat ada “sesuatu” yang berada di tengah antara benih gigi permanen dengan sisa gigi susu atau gigi lama. Posisinya jelas menghalangi turunnya gigi permanen.
Hingga kemudian rasa penasaran itu terjawab begitu bertemu dengan dr Ignatius Sulistyo di klinik Spesialis Gigi Anak, RSGM UGM.
“Ini odontoma. Compound odontoma. Materialnya sama seperti pembentuk gigi, tapi bentuknya kristal, ukurannya kecil. Di sebut pula tumor gigi. Tapi Ibu nggak usah khawatir, odontoma ini termasuk tumor jinak, tidak menyebar, dan pertumbuhannya juga lama.
Kenapa ada odontoma? Penyebabnya belum bisa dipastikan sampai saat ini”
Seperti itulah kira-kira dokter gigi spesialis gigi anak tadi menjelaskan mengenai “sesuatu” yang menghalangi benih gigi permanen Alya dan menyebabkan gigi permanennya tak kunjung muncul.
Secara gamblang dokter Ignatius menjelaskan proses erupsi gigi alaminya yang menjadi tertunda.
“Secara alami, gigi itu punya tenaga untuk mendorong. Ia mirip roket. Tapi pada kasus seperti ini, gigi susu nggak goyah, karena daya dorong benih gigi permanen terhalang odontoma" begitu penjelasannya.
Jadi mau tidak mau, selain melakukan pencabutan terhadap gigi susu yang tidak kunjung goyah, dokter juga akan melakukan pengambilan odontoma. Proses cabut gigi, dilakukan dengan metode seperti biasanya. Sementara pengambilan odontoma melalui proses operasi bedah mulut.
Dokter menyarankan dua tindakan ini dilakukan di waktu yang berbeda. Satu-satu dulu, agar si anak tak ketakutan dengan dokter gigi. Ada sela waktu 2 bulan antara pencabutan gigi susu dengan pengambilan odontoma. Jeda waktu diharapkan membuat posisi odontoma bergerak turun, mendekati tempat keluarnya gigi hingga meminimalisir sayatan pada gusi.
Agustus kemarin, sisa gigi susu Alya sudah dicabut. Beberapa hari ke depan, odontoma yang menghalangi jalur tumbuhnya gigi seri akan diambil. Pasca operasi, saya akan membuat postingan lanjutan proses operasi pengambilan odontoma. Pesan pentingnya adalah: perhatikan tumbuh kembang gigi anak & lakukan sesuatu ketika ngerasa ada yang tidak beres.
Posting Komentar
Posting Komentar