Jogja beberapa hari ini sering hujan, termasuk pas para bocah libur beberapa hari lalu. Alhasil, sepanjang siang Alya cuma gulang gulung di kasur, males-malesan. Saya juga mati gaya, bingung ni bocah mau dikasih kegiatan apa. Kalau nggak ditawari alternatif kegiatan, bakalan betah nge game. Tak minta nggambar atau mbaca majalah anak-anak atau komik, nggak mau. Bantu beres-beres rumah, ogah katanya. Huh! Dasar anak jaman now..
Kelar beresin kerjaan rumah, saya duduk bentar. Istirahat lah, scroll sosmed. Eh.. kok ya muncul akun reviewer film yang lagi mbahas A Tale of Mari and Three Puppies. Saya lihat dong sampai habis, trus coba googling tentang film tadi.
Meskipun kemudian saya tahu itu film yang sudah cukup lama, tapi sepertinya menarik. Okelah yuk, nobar film. Mending anak diajak nonton film kan, itung-itung bisa sambil ngajak diskusi selama film berlangsung. Ada amanat-amanat baik juga yang bisa diambil dari sebuah tayangan film, sementara kalau ngegame, biasanya si bocah asyik sendiri, wong ibunya nggak paham soal game
Balik ke film, A Tale of Mari and Three Puppies merupakan film yang berasal dari Jepang, dan dirilis di bioskop Jepang pada akhir Desember 2007. Di sutradarai Ryuichi Inomata, film ini bisa dikategorikan sebagai film keluarga dan aman ditonton untuk semua usia.
Yang paling menarik, kisah utama dari film ini berdasarkan pada kisah nyata, gempa bumi di Chietsu pada tahun 2004. Chietsu merupakan salah satu wilayah di Perfektur Niigata yang porak poranda terkena gempa dengan kekuatan 6.6 SR.
Sekilas Jalan Cerita Film A Tale Of Mari and Three Puppies
Kisah Mari dan Tiga Anak Anjing, begitulah judul film ini kalau kita alih bahasakan ke dalam bahasa Indonesia. Ya, karena secara garis besar, tema utama dari film ini adalah kisah heroik Mari si anjing dalam upayanya menyelamatkan sang majikan saat tertimpa reruntuhan akibat gempa.
Sejak awal, kita akan langsung diajak masuk dalam kehidupan Aya dan kakak laki-lakinya, Ryota. Dua bersaudara ini tinggal bersama sang kakek, dengan ibu yang sudah meninggal dan Ayah yang bekerja di luar daerah.
Suatu hari, mereka bertemu dengan seekor anjing kecil, yang kemudian mereka pelihara dan diberi nama Mari. Bisa ditebak, Si anjing kecil langsung mendapatkan limpahan kasih sayang dari dua bocah ini. Waktu berjalan, Mari pun bertambah dewasa, hingga kemudian ia menjadi ibu bagi 3 anaknya. Mari dan anak-anaknya diperlakukan layaknya anggota oleh Aya, Ryota dan sang Kakek.
Konflik dalam film terjadi ketika terjadi bencana gempa bumi, dengan wilayah kerusakan paling parah di desa keluarga ini bermukim. Saat gempa terjadi, Mari berada di luar rumah dalam keadaan terikat. Aya dan Kakeknya di dalam rumah dan tertimpa bangunan. Sang Kakak Ryota, berhasil menyelamatkan diri karena ia tengah bersama teman dan gurunya. Sementara sang Ayah, jauh di luar kota dan tidak bisa berbuat banyak karena akses ke lokasi gempa juga tertutup.
Satu-satunya bantuan bisa masuk ke desa melalui helicopter dengan daya angkut terbatas. Itupun baru dilakukan setelah kondisi di rasa aman dan gempa susulan melandai.
Di dalam desa, ada seorang Kakek yang berusaha untuk tidak menyerah meski tubuhnya terhimpit reruntuhan bangunan, demi sang cucu. Ada seekor ibu anjing, yang bingung dengan bencana alam yang melanda, tapi tetap berusaha melindungi anak dan berusaha menolong majikannya.
Sebagai penonton, air mata saya mengucur deras melihat Mari dengan gigih berusaha melepas tali yang ada pada leher, untuk kemudian masuk menyusup, menggali puing-puing bangunan untuk membantu Kakek dan Aya . Tapi apalah daya, tubuh Mari jauh lebih kecil dari bongkahan yang menimpa kaki Kakek.
Bagaimana usaha Mari menyelamatkan Kakek, Aya dan ketiga anaknya? Akankah mereka bisa selamat? Teman-teman silakan nonton sendiri lanjutannya ya… bagus dan menyentuh banget jalan ceritanya.
Mari berusaha bilang ke tim penyelamat, kalau majikannya butuh pertolongan |
Nilai-Nilai Positif yang diajarkan Film A Tale Of Mari and Three Puppies
Aya dan Ryota yang mengurus Mari sejak kecil |
Menyaksikan film A Tale of Mari and Three Puppies dengan total durasi 124 menit barengan Alya, saya ngerasa nggak rugi waktu sama sekali. Berbahasa asli Jepang, sudah ada versi film ini yang dilengkapi subtitle dalam Bahasa Inggris dengan pemilihan kata yang masih mudah dipahami. Sisi positifnya tentu saja adalah anak saya bisa sekalian menambah skill reading dalam Bahasa Inggris.
Nilai kemanusiaan, kasih sayang, cinta sesama adalah poin plus yang bisa diambil dari tayangan film A Tale of Mari and Three Puppies . Bagaimana Aya memperlakukan anjing peliharaan dan bagaimana ketulusan yang ditunjukkan pula oleh Si anjing, menjadi contoh yang baik dan bisa kita tiru dalam kehidupan nyata.
Nilai pantang menyerah dan selalu gigih berusaha juga bisa digambarkan dengan apik oleh sutradara dan penulis naskah Kodai Yamada, Yuki Kiyomoto, dan Ako Takahashi ini. Meskipun ini termasuk film lawas, tapi recommended banget untuk ditonton bersama keluarga.
Posting Komentar
Posting Komentar