Fase 40an Tahun, Apa Saja yang Terasa Beda?

Posting Komentar
B

arusan liat postingan di media sosial yang isinya kurang lebih kayak gini... 

Tahun 2004 ternyata 2O tahun yang lalu

Bocah kelahiran 2006, sekarang sudah masuk kuliah

Polisi yang kita segani, umurnya dibawah kita

Sementara jaksa, dosen, lurah, ternyata seumuran dengan kita. 

Dan yess, bener semua. Kalau yang nemu tulisan ini generasi 80an, kita seumuran πŸ˜€

Umur 40 tahun

Dulu….pas saya masih kecil, membayangkan umur 40 tahun itu kayaknya masih jauuuuh banget. Nah, sekarang malah sudah 40++. Alhamdulillah, terlewati sejauh ini. Masih belum bosan hidup kok.. Semoga saya, kita dan semua yang nemu tulisan ini diberi umur panjang. Aamiin..

Ingat nggak, keinginan kita –yang saya yakin hampir semua anak akan sama.  Pas kecil, pengennya mau jadi anak remaja. Pas remaja, nggak sabar pengen cepet gede. Giliran sudah dewasa, dan kemudian masuk usia matang --ibarat hari sudah mulai masuk waktu ‘Ashar’—baru kerasa, ternyata waktu  berjalan cepat.  

Tau-tahu udah umur udah kepala 4, kemana-mana lebih sering dipanggil “Bu” daripada mba. Mau sedih, tapi mau gimana lagiπŸ˜†πŸ˜†

Yang jelas, saya ngerasa ketika masuk 40-an banyak yang berubah. Angka 40 itu semacam “gerbang baru” yang membawa ke banyak perubahan, banyak pula kesadaran.  Apa saja yang berubah?

Pastinya, fisik. Semakin umur bertambah, stamina jelas nggak lagi sama. Misalnya ada lomba tingkat kegesitan, skor nya bisa jadi menurun. Kemampuan multitasking nggak lagi se jago dulu. Itu baru ranah yang nggak terlihat. Belum realitas di lapangan kalau uban di rambut kita sudah semakin banyak, kerut muka yang makin kentara, atau kita yang tiba-tiba mendapatkan predikat baru dari anak, “Ibu ki pelupa” 

Yang kadang bikin sedih, diumur-umur 40-an tahun ini kita sering berhadapan dengan banyak tugas dalam bidang kesehatan. Di fase umur segini, memiliki tekanan, kadar gula, kolesterol dan asam urat yang semuanya di angka normal adalah sebuah PRESTASI. Iya, capaian baik yang harus dijaga dan dipertahankan. Percayalah, kalau sendi-sendi masih terasa nyaman dan baik-baik saja saat digunakan, sesungguhnya itulah real anugerah. Ketika teman-teman memasuki fase usia ini, PR utama kita untuk kesehatan setidaknya ada 3. Perbaiki pola makan, istirahat, dan juga olahraga. 

Lantas apa perubahan yang tidak nampak? Antar orang bisa jadi akan berbeda. Tapi kalau saya ngerasanya  lebih realistis, malas ribut, dan lebih ke arah tipe-tipe santai, yang “Ah..biarin, yang penting tidak ngganggu orang lain”. Selain itu, saya ngerasa kualitas lebih penting daripada kuantitas. Lingkar kecil pertemanan lebih terasa berarti asal se-frekuensi, daripada berada dalam rombongan besar, tapi serasa dalam kerumunan doang. 

Nah, itu tadi beberapa hal yang saya rasakan seiring jalannya waktu. Bisa jadi teman-teman memiliki pengalaman yang berbeda, silakan share di kolom komentar yaa!

Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

Posting Komentar